REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Krisis kesehatan mengancam Pakistan setelah banjir besar sejak Juni melanda negara tersebut di sebagian besar provinsinya. Para ahli kesehatan melaporkan lonjakan demam berdarah, malaria hingga infeksi lambung akut.
Banyak pengungsi yang tinggal di dekat genangan air. Demam berdarah dilaporkan telah merenggut nyawa dan kasusnya meningkat dari hari ke hari.
Sekitar 3.830 kasus demam berdarah telah dilaporkan oleh pejabat kesehatan di provinsi Sindh selatan. Setidaknya tercatat sembilan kematian akibat kasus demam berdarah, meski angka tersebut masih belum terdata mendetail.
"Secara keseluruhan situasi di Sindh sangat buruk, kami mengorganisir kamp medis di seluruh provinsi. Sebagian besar kasus yang kami lihat sekarang adalah pasien demam berdarah diikuti oleh malaria," ujar sekretaris jenderal Asosiasi Medis Pakistan, Dr Abdul Ghafoor Shoro seperti dilansir laman BBC International, Kamis (15/9/2022),
"Beban DBD sama di seluruh provinsi dan meningkat setiap hari. Saat kami periksa ke laboratorium, kasus suspek sekitar 80 persen dari tes yang dilakukan," ujarnya menambahkan.
Dokter Shoro merawat sejumlah pasien DBD di rumah sakit Agha Khan, Karachi. Ia khawatir situasi ii hanya akan memburuk dalam beberapa pekan mendatang.
Sudah lebih dari dua bulan sejak banjir mulai menggenangi banyak wilayah di Pakistan. Namun ribuan desa masih terendam sehingga membuat banyak keluarga mengungsi.
Dengan jalan di banyak komunitas terpencil yang masih tidak dapat digunakan karena kerusakan air, beberapa komunitas terpaksa mengandalkan mobil van untuk perawatan kesehatan mereka, tetapi jumlahnya sedikit dan jarang. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan tentang situasi selama kunjungannya ke daerah banjir pekan lalu. Ia sempat bertemu keluarga yang sekarang tidak memiliki apa-apa.
Dia mendesak tanggung jawab dunia untuk membantu Pakistan. Guterres mendesak negara-negara kaya untuk membantu negara-negara miskin seperti Pakistan untuk pulih dari bencana.
"Kami membutuhkan dunia di mana perdamaian dan keamanan hanya dapat dijamin jika Anda mengurangi ketidaksetaraan," katanya.