REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat kesehatan AS memperingatkan agar satu-satunya obat yang tersedia untuk mengobati cacar monyet tidak terlalu sering diresepkan. Sebab, mutasi kecil pada virus dapat membuat pil itu tidak efektif.
Food and Drug Administration (FDA) memperbarui panduannya pekan ini untuk Tpoxx, yang telah diresepkan untuk puluhan ribu pasien dengan virus. Dalam pembaruan online, pejabat FDA memperingatkan satu perubahan molekuler pada cacar monyet dapat berdampak besar pada aktivitas antivirus Tpoxx.
Secara alami, virus terus berkembang untuk mengatasi hambatan infeksi, termasuk obat-obatan. Regulator menekankan bahwa dokter harus bijaksana dalam meresepkan obat.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan Tpoxx tidak boleh lagi diberikan kepada orang dewasa sehat yang tidak menderita gejala parah.
"Untuk sebagian besar pasien dengan sistem kekebalan yang sehat, perawatan suportif dan pengendalian rasa sakit mungkin sudah cukup," kata pejabat badan tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AP, Jumat (16/9/2022).
Langkah untuk mengurangi penggunaan Tpoxx menyusul kritik selama berminggu-minggu dari para pendukung HIV dan kelompok pasien lain yang telah mendesak pemerintah AS untuk membuat obat antivirus tersedia lebih luas.
Tpoxx disetujui untuk virus cacar terkait, dan penggunaannya terhadap cacar monyet dianggap eksperimental dan dikontrol ketat oleh pejabat federal. Dokter yang ingin meresepkan obat harus mengajukan permohonan ke CDC, mendokumentasikan kebutuhan pasien mereka dan setuju untuk melacak hasil dan efek sampingnya.
Para pejabat telah mengirimkan 37 ribu program obat ke dokter. Tpoxx bekerja dengan menargetkan satu protein yang ditemukan pada monkeypox, smallpox (virus penyebab cacar), dan virus serupa. FDA mengatakan penelitian di laboratorium, hewan, dan manusia menunjukkan berbagai cara di mana cacar monyet dapat mengembangkan resistensi terhadap terapi.