REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Majelis Mahkamah Agung yang terdiri atas Hakim Hemant Gupta dan Sudhanshu Dhulia terus mendengarkan serangkaian petisi, yang menentang larangan mengenakan jilbab di lembaga pendidikan Negara Bagian India, Karnataka, untuk hari ketujuh pada Senin (19/9/2022) .
“Ini bukan tentang seragam. Kami tidak berurusan dengan sekolah militer, kami tidak berurusan dengan sekolah Nazi dengan peraturan. Kami berurusan dengan perguruan tinggi pra-universitas,” kata advokat senior Dushyant Dave selama persidangan, dilansir dari laman Indian Express pada Selasa (20/9/2022).
“Sama seperti sorban untuk Sikh, jilbab penting bagi wanita Muslim. Tidak ada yang salah dengan itu. Ini adalah iman mereka. Ada yang mau pakai tilak, ada yang mau pakai salib, semua berhak. Dan itulah indahnya kehidupan sosial,” lanjut Dave.
Pengadilan puncak akan melanjutkan sidang pada pukul 11.00 pagi pada Selasa (20/9/2022). Menurut Live Law, advokat senior Dushyant Dave akan diizinkan untuk menyampaikan argumennya hingga pukul 01.00 siang, setelah itu tidak ada orang lain dari pihak pemohon yang diizinkan.
"Negara ini dibangun di atas budaya yang indah, dibangun di atas tradisi. Dan dalam 5000 tahun, kami telah mengadopsi banyak agama. India melahirkan Hinduisme, Buddha, dan Jainisme. Islam datang ke sini tanpa menaklukkan dan kami menerimanya. India adalah satu-satunya tempat di mana orang-orang yang datang ke sini menetap di sini tanpa penaklukan, kecuali Inggris,” katanya.
"Yang Mulia bukan hanya penjaga hak-hak dasar bagi kami, warga negara. Yang Mulia dapat berdiri sendiri di antara ekses parlementer dan warga negara,” ucap Dave.
Kemudian menyebutkan bahwa ekonomi barat yang kuat telah mengambil pandangan dan mengizinkan Hijab.
“Tentara Amerika telah mengizinkan sorban. Itulah rasa hormat yang mereka miliki terhadap agama. Para pembuat konstitusi tidak berbicara tentang sorban, hanya kirpan,” kata Dave.
“Satu-satunya agama yang penting bagi Mahkamah ini adalah Konstitusi India. Sama pentingnya Gita untuk Hindu, Quran untuk Muslim, Guru Grant Sahib untuk Sikh dan Alkitab untuk Kristen, tanpa Konstitusi, kita tidak akan kemana-mana,” sebut Live Law mengutip pernyataan Dave.