REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), berhasil menyingkirkan kekhawatiran sebelumnya bahwa produksi minyak dari Blok Rokan akan turun setelah alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia. Tiga belas bulan sudah Pertamina mengelola blok minyak terbesar di Indonesia dan salah satu blok minyak terbesar di kawasan Asia Tenggara ini.
Team Manager Drilling OPS SLO PHR, Dody Hartawan, menuturkan, Pertamina justru mampu menjaga level produksi Blok Rokan. Bahkan cenderung meningkat dibandingkan dengan rata-rata realisasi produksi dari operator sebelumnya saat kontrak akan berakhir pada 8 Agustus 2021.
Dody mengungkapkan salah satu kunci sukses produksi minyak bertahan adalah dengan strategi kegiatan masif yang dilakukan Pertamina. Tahun ini sekitar 400 sumur yang ditargetkan bisa di bor di Blok Rokan.
Jumlah itu, menurutnya, hampir setengah jumlah sumur yang direncanakan dibor di seluruh Indonesia sepanjang tahun ini. "Dalam setahun kita bor 400 well, workover (kerja ulang sumur) sekitar 15 ribu kegiatan sejak alih kelola. Dampaknya, chartnya kita bisa pertahankan produksi bahkan lebih tinggi," kata Dody saat paparan di booth PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada IPA Convention and Exhibition 2022, Selasa (21/9/2022).
Dody menjelaskan, kenaikan kegiatan pemboran ini tentu mengharuskan adanya peningkatan penggunaan rig. Sebelum alih kelola total hanya ada sembilan rig yangdigunakan oleh operator terdahulu. Setelah alih kelola Pertamina langsung menambah delapan rig sehingga total 17 rig digunakan Pertamina.
"Memasuki 2022 sudah ada 22 rig yang mengebor dan rencananya ke depan akan ditambah lagi sembilan rig sehingga total ada 31 rig yang akan beroperasi di Rokan. Kemudian untuk pekerja juga meningkat cukup signifikan dari sekitar 4.000 pekerja menjadi 5.600 pekerja," ujarnya.
Selain itu yang patut dibanggakan juga di Rokan, Pertamina melakukan pemboran horizontal di wilayah shallow di Blok Rokan. "Ada delapan sumur Duri Ultra. Itu world class performance," ujar Dody.
Blok Rokan dipastikan tetap menjadi andalan untuk mengerek produksi minyak nasional. Karena itu produksi minyak dari Blok Rokan tidak boleh turun. "Untuk itu tidak boleh ada penurunan produksi."
Manajemen PHR memilik lima pilar inovasi yang bakal dijalankan guna mencapai target produksi. Pertama adalah pengembangan manusia. Kualitas para pekerja juga menjadi kunci untuk menjalankan berbagai program yang sudah dicanangkan perusahaan.
Kedua adalah risk management. Salah satu caranya,lanjut Dody, dengan mengimplementasikan penggunaan teknologi melalui Artificial Intelligence guna melakukan pengawasan secara real time. Digitalisasi tersebut juga akan berdampak terhadap performa operasional.
"Selanjutnya ada performance management dengan memastikan maintenance serta business leadership dan kolaborasi dengan ratusan mitra kerja," ungkap Dody.
Saat ini rata-rata produksi blok Rokan mencapai 161 ribu barel per haru (BPH). Realisasi ini sekitar 30 persen dari produksi Subholding Upstream Pertamina dan berkontribusi 26 persen dari produksi nasional.
Produksi sebanyak itu telah berkontribusi terhadap penerimaam negara yakni sekitar Rp30 triliun dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ataupun pajak.