Rabu 28 Sep 2022 16:30 WIB

5 Prinsip Sukses Menuntut Ilmu

Ada lima prinsip penting yang perlu dipegang teguh.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Iman dan ilmu seperti fajar dalam kepemimpina. (ilustrasi).
Foto: Google.com
Iman dan ilmu seperti fajar dalam kepemimpina. (ilustrasi).

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pondok Pesantren Turus Pandeglang Banten, KH Tubagus Ahmad Dahlani Idrus, memberikan pemaparan tentang prinsip-prinsip untuk sukses dalam menuntut ilmu. Ada lima prinsip penting yang perlu dipegang teguh.

Baca Juga

Pertama, harus kuat dalam memegang prinsip hidup sebagai seorang Muslim, yaitu kuat dalam keyakinan beragama atau dalam bertauhid. Misalnya, dalam menuntut ilmu di pesantren, yakinkan dalam diri bahwa dengan langkah menuntut ilmu di pesantren, akan membawa keselamatan dunia dan akhirat.

"Dengan belajar di pesantren, saya akan mengangkat derajat saya, keluarga, dan para guru. Jadi prinsip pertama ini tidak lepas dari prinsip ketauhidan," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (28/9).

Prinsip kedua ialah istiqamah. Artinya, seorang penimba ilmu harus memiliki pendirian yang kuat dan teguh. Niatkan dalam diri bahwa dengan langkah demi langkah dari rumah ini bertujuan untuk menghilangkan kebodohan diri sendiri dan orang lain.

Ketiga, yaitu berkaitan dengan dakwah. Dalam prinsip ini, setiap Muslim yang ingin sukses dalam menuntut ilmu harus mampu mengajak semua saudara Muslimin dan Muslimat, khususnya pada kalangan keluarga santri itu sendiri, dalam rangka amar makruf nahi mungkar.

Prinsip keempat, adalah amanah. "Bagaimana pun juga, kita semua membawa amanah. Jadi tidak boleh dikhianati. Kemudian prinsip kelima, adalah arroja, harapan. Harapannya ialah mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat. Itu pun yang diridhai oleh Allah SWT," jelasnya.

Kiai Dahlani dalam kesempatan itu juga menyinggung keprihatinannya terhadap pergaulan generasi muda saat ini di kalangan para pelajar, sehingga perlu menjadi perhatian bersama. Dia menemukan adanya perbuatan tercela di kalangan pelajar sendiri. Salah satunya memanggil temannya dengan nama yang buruk.

Misalnya ada murid yang memiliki nama yang baik yakni Sofyan, tetapi dipanggil oleh teman-temannya dengan sebutan ocol. Teman-temannya sendiri bahkan tidak tahu nama asli temannya yang lain.

"Nah ini yang harus diperangi oleh para asatiz. Bahkan juga memanggil temannya dengan nama orang tuanya. Ini sudah merajalela. Jadi harus sangat berhati-hati sekali dengan hal-hal yang tidak kita inginkan ini," paparnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement