Jumat 30 Sep 2022 12:19 WIB

Minuman yang Diklaim Menyehatkan Bukan Berarti Rendah Gula

Dokter mengajak bijak membaca label gizi kemasan di minuman anak.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Hindari minuman yang terlalu manis karena akan memberikan energi jangka pendek, yang diikuti dengan penurunan energi secara berlebihan.
Foto: flickr
Hindari minuman yang terlalu manis karena akan memberikan energi jangka pendek, yang diikuti dengan penurunan energi secara berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Kurniawan Satria Denta meminta orang tua benar-benar mengecek kandungan gula dalam minuman anak. Minuman yang kerap diklaim sehat seperti susu, yogurt, minuman elektrolit, atau minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) yang akan diminum sang anak perlu diperiksa lebih dulu. Sebab, tidak menutup kemungkinan meski minuman-minuman ini terkesan sehat namun ternyata mengandung gula yang tinggi.

"Kalau melihat susu atau yogurt, otomatis menganggap ini sehat. Padahal, ada perbedaan dari susu full cream dan susu berperisa," katanya, dalam diskusi virtual di di media sosial Twitter, ditulis Jumat (30/9/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, perbedaannya adalah satu adalah susu segar alias fresh milk dan satunya adalah minuman mengandung susu. Oleh karena itu, ia meminta orang tua harus lebih detil lagi memperhatikan kandungan gula yang tersembunyi di balik minuman susu, atau minuman sehat lain seperti yogurt, minuman probiotik yang akan dikonsumsi buah hatinya.

Denta mengingatkan harus dilihat lagi berapa kandungan gulanya. Dia mengaku pernah melihat kandungan gula dalam satu minuman sebanyak 40 gram per hari. Ia juga pernah melihat kandungan gula dalam sebuah minuman bervitamin di atas 35 gram. "Jadi kebanyakan lumayan tinggi gula tambahannya," katanya.

Bahkan, ketika melihat kandungan gula dalam MBDK, dia melanjutkan, sebagian besar sudah lewat batas hariannya. Ia menyebutkan ketika mengecek MBDK di minimarket ternyata kandungan gulanya banyak yang di atas 30 gram per satu botol.  Padahal, ia meminta konsumsi gula tambahan perlu dibatasi.

"Untuk anak-anak kalau dia masih masa pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang usianya sekitar 6 bulan sampai 1 tahun sebenarnya bisa diberikan gula tambahan maksimal 5 persen dari total kalori harian. Sementara untuk anak-anak yang lebih besar (usianya) kira-kira 25 gram per hari," ujarnya.

Ia menambahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebenarnya telah menetapkan standar kandungan gula untuk dewasa sekitar 50 gram gula tambahan per hari. Ia berharap rekomendasi gula semakin ke depannya bisa lebih rendah lagi.

Alasannya Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association) sudah merekomendasikan konsumsi gula maksimal 25 gram sampai 36 gram per hari. "Jadi harusnya di Indonesia bisa merekomendasikan (konsumsi gula) lebih rendah lagi," katanya.

Terkait cara membaca kandungan gula dalam sebuah minuman atau MBDK, ia menyontohkan jika kandungan gula 25 gram dan rekomendasi Kemenkes maksimal 50 gram artinya sudah 50 persen dari batasan harian. Jadi, bisa dikatakan MBDK atau minuman kemasan ini tinggi kandungan gula.

"Menurut saya MBDK di minimarket kebanyakan tinggi gula dan sebisa mungkin dihindari," ujarnya.

Ia meminta para orang tua benar-benar harus ekstra hati-hati, terutama ketika minuman semacam ini akan dikonsumsi anaknya. Semakin dini seseorang terpapar gula tambahan maka semakin besar risiko orang tersebut atau anak tersebut mengalami peningkatan faktor risiko efek samping gula tambahan seperti gangguan metabolisme, kecanduan, hingga gangguan kesehatan.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement