Sabtu 01 Oct 2022 15:58 WIB

AS Tolak Tuduhan Sabotase Pipa Gas di Laut Baltik

Presiden Putin menuduh Barat menyabotase jalur pipa Nord Stream 1 dan 2

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Dalam gambar ini disediakan oleh Penjaga Pantai Swedia, rilis kecil dari Nord Stream 2 terlihat, Rabu, 28 September 2022. Kebocoran keempat pada pipa Nord Stream telah dilaporkan di Swedia selatan. Sebelumnya, tiga kebocoran telah dilaporkan pada dua pipa bawah laut yang mengalir dari Rusia ke Jerman.
Foto: Penjaga Pantai Swedia melalui AP
Dalam gambar ini disediakan oleh Penjaga Pantai Swedia, rilis kecil dari Nord Stream 2 terlihat, Rabu, 28 September 2022. Kebocoran keempat pada pipa Nord Stream telah dilaporkan di Swedia selatan. Sebelumnya, tiga kebocoran telah dilaporkan pada dua pipa bawah laut yang mengalir dari Rusia ke Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Barat menyabotase jaringan pipa gas alam di bawah Laut Baltik ke Jerman. Tuduhan tersebut dibantah keras oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Putin mengklaim bahwa "Anglo-Saxon" di Barat telah berubah dari menjatuhkan sanksi terhadap Rusia menjadi serangan teror. Dia menuduh Barat menyabotase jalur pipa Nord Stream 1 dan 2 sebagai upaya untuk menghancurkan infrastruktur energi Eropa.

Baca Juga

"Mereka yang mendapat untung darinya telah melakukannya," ujar Putin tanpa menyebut negara tertentu ketika upacara untuk mencaplok empat wilayah Ukraina.

Presiden AS Joe Biden menolak klaim Putin sebagai hal yang aneh. “Itu adalah tindakan sabotase yang disengaja. Dan sekarang Rusia menyebarkan disinformasi dan kebohongan," katanya.

Biden menyatakan Washington akan bekerja dengan sekutunya untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi. Penyelam akan dikirim untuk memeriksa jaringan pipa. “Jangan dengarkan apa yang dikatakan Putin. Apa yang dia katakan kita tahu itu tidak benar," ujar Biden.

Para pejabat AS mengatakan klaim Putin mencoba mengalihkan perhatian dari pencaplokannya atas bagian-bagian Ukraina pada Jumat. “Kami tidak akan membiarkan disinformasi Rusia mengalihkan perhatian kami atau dunia dari upaya penipuan transparan untuk mencaplok wilayah Ukraina yang berdaulat,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson.

Negara-negara Nordik mengatakan ada ledakan bawah laut yang merusak jaringan pipa pada pekan ini. Peristiwa itu telah menyebabkan kebocoran metana yang besar melibatkan beberapa ratus pon bahan peledak.

Bentrokan AS-Rusia berlanjut kemudian pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bnagsa-Bangsa (DK PBB) di New York. Pertemuan yang diadakan oleh Rusia ini membahas mengenai serangan terhadap jalur pipa Nord Stream 1 dan 2.

Juru bicara perusahaan milik negara Rusia Gazprom yang merupakan pemangku kepentingan mayoritas di Nord Stream Sergey Kupriyanov mengatakan kepada DK PBB, data mengenai penurunan tekanan yang tiba-tiba dalam pipa dan kebocoran gas. "Memungkinkan untuk mengatakan dengan pasti bahwa kebocoran pada pipa-pipa itu disebabkan oleh kerusakan fisik," ujarnya.

Kupriyanov mengatakan dalam sebuah video, Gazprom telah mulai mencari solusi yang memungkinkan untuk membuat sistem Nord Stream beroperasi kembali. Tidak ada perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan. "Namun kami dapat mengatakan dengan pasti bahwa tugas itu akan sangat menakutkan dari sudut pandang teknis," kata Kupriyanov.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia membuat sejumlah tuduhan yang melibatkan AS dalam sabotase, termasuk bahwa hal itu akan menguntungkan industri gas AS. Dia kemudian bertanya apakah perwakilan AS tidak akan terlibat dalam fantasi mengerikan tentang Rusia dan mengonfirmasi bahwa AS tidak terlibat dan tidak ada hubungannya dengan sabotase tersebut.

Wakil duta besar AS Richard Mills menuduh Nebenzia menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi. Dia menilai perwakilan Moskow menggunakan retorika yang menghasut.

“Biarkan saya menjawab pertanyaannya. Biar saya perjelas: AS dengan tegas menyangkal keterlibatan apa pun dalam insiden ini, dan kami menolak pernyataan apa pun yang mengatakan sebaliknya,” kata Mills.

Rusia menghentikan aliran gas melalui Nord Stream 1 sepanjang 1.224 kilometer awal bulan ini, menyalahkan masalah teknis. Sementara pipa paralel Nord Stream 2 tidak pernah dibuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement