Ahad 02 Oct 2022 00:13 WIB

NATO: Pencaplokan Wilayah Ukraina Jadi Eskalasi Paling Serius

Rusia menganeksasi empat wilayah Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Demonstran memegang bendera dan bendera negara Rusia dengan huruf Z, yang telah menjadi simbol militer Rusia, dan membaca tagar
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Demonstran memegang bendera dan bendera negara Rusia dengan huruf Z, yang telah menjadi simbol militer Rusia, dan membaca tagar

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menyoroti langkah Rusia menganeksasi empat wilayah Ukraina. Menurutnya, hal itu mewakili eskalasi paling serius sejak Rusia terlibat konflik dengan Ukraina.

“(Presiden Rusia Vladimir) Putin telah memobilisasi ratusan ribu tentara lagi, terlibat dalam serangan senjata nuklir yang tidak bertanggung jawab, dan sekarang secara ilegal mencaplok lebih banyak wilayah Ukraina. Bersama-sama, ini mewakili eskalasi paling serius sejak dimulainya perang,” kata Stoltenberg dalam konferensi pers, Jumat (30/9/2022).

Baca Juga

Dia menegaskan NATO akan memberikan dukungan tak tergoyahkan kepada Ukraina. Tujuannya agar kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina tetap terlindungi. Stoltenberg menekankan, komitmen NATO tersebut tidak akan terhalang oleh sosok Presiden Rusia Vladimir Putin.

Empat wilayah Ukraina telah menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan Rusia, Jumat lalu. Putin berterima kasih kepada rakyat Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia yang telah memilih keputusan tersebut dalam referendum yang digelar pada 23-27 September lalu.

"Dalam beberapa hari terakhir, orang-orang di Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia menganjurkan pemulihan persatuan bersejarah kita. Saya berterima kasih," kata Putin dalam upacara pengesahan bergabungnya empat wilayah tersebut ke Rusia di Grand Kremlin Palace's St. George's Hall, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Kata-kata Putin disambut riuh tepuk tangan hadirin. Acara tersebut dihadiri oleh anggota parlemen State Duma, senator, kepala daerah, serta delegasi atau perwakilan dari empat wilayah Ukraina yang bergabung dengan Rusia.

Pada 23 hingga 27 September lalu, Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement