Senin 03 Oct 2022 13:41 WIB

Tarif Ojol dan Harga BBM Penyebab Inflasi September 2022 Melonjak

Angka inflasi pada September 2022 naik enam kali lipat dari bulan sebelumnya.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Pengemudi ojek online melintas di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Pengemudi ojek online melintas di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sebesar 1,17 persen pada September 2022. Adapun angka ini naik enam kali lipat dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar minus 0,21 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan kelompok pengeluaran sektor transportasi merupakan pemicu terjadinya inflasi pada September 2022. Adapun kelompok pengeluaran transportasi mengalami inflasi sebesar 8,88 persen, sehingga mampu memberi andil terhadap inflasi September sebesar 1,08 persen.

Baca Juga

“(Inflasi) 1,17 persen kalau dilihat dari 11 kelompok pengeluaran maka pendorong utamanya adalah inflasi yang terjadi pada transportasi sebesar 8,88 persen dan memberi andil 1,08 persen,” ujarnya saat konferensi pers, Senin (3/10/2022).

Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota pada September 2022, terjadi juga kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 111.57 pada Agustus 2022 menjadi 112.87 pada September 2022. Menurut Margo komoditas penyumbang inflasi pada September 2022 juga berasal dari kenaikan harga BBM, beras, solar, dan bahan bakar rumah tangga. 

Secara perinci komoditas yang menyebabkan inflasi sektor transportasi, yakni kenaikan harga bensin dengan andil 0,89 persen dan angkutan dalam kota sebesar 0,09 persen, dan solar sebesar 0,03 persen. Kemudian angkutan antarkota dengan andil 0,03 persen, tarif kendaraan roda dua daring sebesar 0,02 persen, dan tarif kendaraan roda empat daring sebesar 0,01 persen.

Dari sisi lain, kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau pada September mengalami deflasi sebesar 0,3 persen, sehingga memberi andil terhadap inflasi keseluruhan minus 0,08 persen. “Jadi inflasi 1,17 persen pada September utamanya didorong kenaikan sektor transportasi, tapi mampu diredam oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi,” ucapnya.

Menurutnya, laju deflasi kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau disebabkan beberapa produk hortikultura di beberapa sentra produksi terjadi panen raya, sehingga suplainya cukup.

Margo menuturkan, komoditas dominan yang memberi andil terhadap deflasi meliputi bawang merah dengan andil minus 0,06 persen, cabai merah minus 0,05 persen, dan minyak goreng minus 0,03 persen. Selanjutnya, juga tomat dengan andil terhadap deflasi sebesar minus 0,02 persen, cabai rawit minus 0,02 persen, dan ikan segar minus 0,01 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement