Selasa 04 Oct 2022 20:32 WIB

Pandemi tak Perlu Lagi Ditangani Secara Darurat, Mengapa Pemerintah Masih Perpanjang PPKM?

Epidemiolog menilai pemerintah tak perlu lagi menangani Covid-19 secara darurat.

Red: Andri Saubani
Penari tradisional Aceh Ranub Lampuan berada di depan maskapai Air Asia saat kedatangan perdananya di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Aceh, Senin (3/10/2022). Air Asia kembali melayani rute internasional setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan dari Bandara Sultan Iskandar Muda (BTJ) - Kuala Lumpur (KUL) yang selama dua tahun lebih terhenti akibat pandemi COVID-19.
Foto:

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyampaikan bahwa vaksinasi menjadi salah satu modal bagi Indonesia, termasuk dunia untuk mencapai akhir pandemi.

"Akhir pandemi semakin optimis akan kita capai, apalagi ada modal vaksinasi tiga dosis," ujar Dicky dikonfirmasi di Jakarta, Selasa. 

Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia harus tetap terus berupaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi tiga dosis agar imunitas tubuh meningkat. Menurutnya, pemerintah harus mengupayakan 90 persen penduduk sudah menerima vaksin Covid-19 agar kekebalan kelompok terbentuk sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut. 

"Akhir pandemi semakin dekat seiring dengan menurunnya kasus secara global. Namun, bila dibandingkan flu, angka Covid-19 masih 3-4 kali lebih tinggi, angka kematian juga masih cukup tinggi, ini harus kita sadari," tuturnya. 

Ia mengingatkan, meskipun akhir pandemi sudah terlihat, Indonesiabelum mencapai garis akhir pandemi. Sehingga, masyarakat harus konsisten untuk mencegah potensi timbulnya varian baru yang dapat mengubah keadaan, salah satunya melalui vaksinasi.

"Fakta yang terjadi saat ini, Covid-19 masih ada dan bergejala, masih sangat serius pada orang yang rawan seperti komorbid, lansia, dan orang yang belum di-booster. Dan kematian masih bisa terjadi pada kelompok rawan itu," katanya.

Dicky yang juga Praktisi dan Peneliti Global Health Security itu mengatakan, pandemi masalah global dan perlu kolaborasi global untuk menutup potensi lahirnya varian yang lebih merugikan. 

"Kita harus terus jaga konsistensi, terutama 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas), vaksinasi tiga dosis, dan 3T (testing, tracing dan treatment)," paparnya. 

Data Kementerian Kesehatan pada Selasa pukul 17.42 WIB mencatat jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin Covid-19 mencapai total 63.823.506 orang. Dengan demikian maka tercatat, suntikan dosis penguat vaksin Covid-19 sudah diberikan pada 28,20 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 234.666.020 orang.

 

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, untuk stok vaksin pihaknya masih menunggu kedatangan vaksin hibah dari skema COVAX terdiri dari vaksin Pfizer, Moderna pada Oktober ini. Untuk vaksin Pfizer pada Oktober akan datang sebanyak 5,5 juta dosis, pada November 7 juta dosis dan Desember 5 juta dosis. Sementara, vaksin merk Moderna pada Oktober akan datang sebanyak 3,5 juta dosis.

"Kami masih menunggu kedatangan vaksin berikutnya. Ada juga vaksin yang expired karena minat masyarakat untuk vaksin berkurang," ujar Nadia.

 

photo
Vaksinasi Covid-19 dosis keempat. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement