Rabu 05 Oct 2022 19:37 WIB

Lima Tragedi Mencekam Sepak Bola di Dunia

Setelah investigasi, pengadilan memutuskan enam petugas polisi bersalah dengan dakwaan pembunuhan terhadap 127 orang.

Rep: Calakan Media/ Red: Partner
.
Foto: network /Calakan Media
.

Indonesia tengah berduka. Panggung sepak bola kembali merenggut nyawa. Sebuah tragedi yang sudah sepatutnya jadi pelajaran agar tak terulang. Duka itu akan tercatat sebagai sejarah kelam persepakbolaan Indonesia, yang lagi-lagi harus diingatkan, bahwa tak ada sepak bola seharga nyawa manusia.

foto : dok. republika.co.id

Namun peristiwa di Kanjuruhan Malang pada 1 September 2022 dan menelan ratusan korban jiwa itu, tak hanya satu-satunya. Di beberapa negara, kejadian serupa pernah ada. Kita lihat lima tragedi mencekan sepak bola dunia berikut ini.

1. Estadio Nacional, 24 Mei 1964

Tragedi Estadio Nacional (Stadion Nasional) di kota Lima, Peru, tercatat sebagai peristiwa paling kelam sepanjang sejarah sepak bola dunia. Berawal dari kekecewaan pendukung Peru terhadap keputusan wasit Angel Eduardo Pazos yang memimpin laga Peru vs Argentina dalam ajang kualifikasi Olimpiade Tokyo 1964.

Wasit asal Uruguay tersebut menganulir gol di menit akhir dari tim Peru. Sebuah gol penting untuk menyamakan kedudukan dengan Argentina. Pendukung atau supporter tim tuan rumah yang tidak terima, turun ke lapangan. Petugas kepolisian Peru menyemprotkan gas air mata demi mencegah kerusuhan lebih parah. Namun, akibatnya ribuan penonton panik menghindari gas air mata yang membuat perih dan sesak. Sebanyak 328 orang dikabarkan meregang nyawa karena terjepit dan terinjak saat berusaha keluar dari stadion dan 500 orang lainnya luka-luka.

2. Accra Sports Stadium, 9 Mei 2001

Pertandingan sepak bola yang mempertemukan Accra Hearts of Oak Sporting Club melawan Asante Katoko di Accra, Ghana, Afrika, harus berakhir tragis. Menjelang menit-menit akhir pertandingan, Asante Katoko masih tertinggal satu gol dari tim tuan rumah. Supporter Katoko makin tidak bisa duduk tenang.

Mereka menuangkan kekesalan dengan mencerabuti kursi stadion dan melemparkannya ke tengah lapangan, juga botol minum plastik. Melihat situasi mulai tidak kondusif, aparat keamanan mengarahkan gas air mata dan membuat kerumunan massa panik hingga terjatuh. Dalam peristiwa tersebut tercatat 127 orang meninggal dunia karena terjepit dan terinjak. Setelah investigasi, pengadilan memutuskan enam petugas polisi bersalah dengan dakwaan pembunuhan terhadap 127 orang.

3. Hillsborough Stadium, 15 April 1989

Kejadian mematikan di Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris Raya tahun 1989 mencatatkan 96 penonton tewas dan ratusan orang terluka. Mereka terjepit, terinjak, dan menghantam pagar pembatas stadion saat memaksa masuk, berdorong-dorongan di pintu tribun yang kapasitasnya tidak seberapa besar. Mayoritas dari mereka adalah fans Liverpool yang ingin menyaksikan tim kesayangannya berlaga melawan Nottingham Forrest untuk memperebutkan tiket ke final Piala FA.

4. Dasharath, 12 Maret 1988

Pertandingan antara Janakpur Cigarette Factory melawan Liberation Army of Bangladesh di Dasharath Stadium, Kathmandu, Nepal tahun 1988 juga mencatatkan sejarah tragedi mencekam. Badai es yang tiba-tiba menerpa membuat kepanikan di tribun penonton, yang hampir 75 persennya tanpa penutup.

Mereka berhamburan untuk menyelamatkan diri, tapi pihak keamanan justru mengarahkan massa menuju pintu keluar yang tertutup. Kepanikan tersebut mengakibatkan penonton terjepit. Terdapat 100 orang luka-luka dan 93 orang lainnya meninggal dunia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nepal, beserta presiden asosiasi sepak bola Nepal saat itu mengundurkan diri dari jabatan mereka sebagai salah satu bentuk tanggung jawab moral.

5. Estadio Mateo Flores, 16 Oktober 1996

Estadio Mateo Flores atau sekarang re-branding dengan nama Estadio Doroteo Guamuch Flores, terletak di Guatemala City, Guatemala. Pada 16 Oktober 1996 akan berlangsung pertandingan antara Guatemala vs Kosta Rika dalam ajang kualifikasi Piala Dunia. Tragedi berdarah terjadi karena para penonton yang tidak kebagian tiket berusaha untuk masuk dengan paksa menuju lorong stadion. Mereka saling dorong dan terlibat cekcok satu sama lain. Situasi yang tak terkendali tersebut menewaskan 84 pendukung dan ratusan luka-luka.

Sungguh mengerikan melihat pentas olahraga yang berubah menjadi bencana. Oleh sebab itu mari kita jadikan semua peristiwa tersebut sebagai pembelajaran. Jangan sampai ada lagi korban jatuh dengan tetap menjaga kondusivitas selama perhelatan berlangsung. (AR Meinanda)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement