REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia kembali menggelar International Islamic Monetary Economics and Finance Conference and Call for Papers (IIMEFC) pada 2022. IIMEFC ke-8 tahun ini mengangkat tema Accelerating Inclusive and Sustainable Recovery with Sharia Economy: Issues, Challenges, and Prospects.
Direktur Bank Indonesia Institute, Yoga Affandi, mengatakan call for papers ini diharapkan dapat memberikan masukan baik dalam konteks penyusunan kebijakan maupun dalam tataran akademis khususnya dari perspektif ekonomi dan keuangan Islam. Kegiatan ini juga menjadi salah satu rangkaian pada puncak acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2022 yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Rabu (5/10/2022) lalu.
"Pada konferensi tahun ini, telah berhasil menghimpun 200 karya tulis ilmiah dari 21 negara sebagai bagian penguatan konsep pengembangan ekonomi syariah yang inklusif," katanya.
Proses seleksi dilakukan ketat melibatkan komite ilmiah dari Bank Indonesia dan mitra institusi baik di dalam maupun luar negeri terpilih 48 karya tulis terbaik yang dipresentasikan. Setelah melalui proses peer-review reguler, karya-karya tulis tersebut nantinya akan dipertimbangkan untuk dipublikasikan dalam Journal of Islamic Monetary Economics and Finance (JIMF).
JIMF merupakan publikasi flagship Bank Indonesia sejak tahun 2015 yang telah terakreditasi di tingkat nasional Sinta 1 (Science and Technology Index) pada Juli 2022. Ini merupakan tingkat akreditasi nasional tertinggi dan di tingkat internasional telah terindeks SCOPUS pada April 2022.
"Pencapaian ini menjadikan JIMF satu-satunya jurnal eksyar di Indonesia yang terindeks internasional (SCOPUS)," katanya.
Sebagai upaya untuk mendorong penguatan ekosistem riset akademis dan kebijakan di bidang ekonomi-keuangan syariah di Tanah Air, Bank Indonesia terus meningkatkan kualitas JIMF sebagai jurnal ilmiah rujukan utama di tingkat global. Penyelenggaraan call for papers ini juga selaras dengan visi Bank Indonesia untuk berkontribusi secara nyata pada perekonomian.
Termasuk melalui peningkatan kualitas riset akademis dan kebijakan, serta pengembangan sumber daya manusia yang unggul di bidang riset ekonomi. Pada penyelenggaraan IIMEFC tahun ini juga digelar konferensi internasional yang menghadirkan tiga prominent scholars.
Mereka memberikan pemaparan terkait dengan isu ekonomi hijau, inklusi perekonomian, dan prinsip-prinsip syariah. Pertama, Profesor Christopher Gan dari Lincoln University New Zealand yang berbicara tentang beragam isu dan tantangan ekonomi hijau khususnya pada negara-negara muslim.
Nilai moral dan prinsip syariah yang mendorong penjagaan kelestarian alam tentu sejalan dengan kampanye ekonomi hijau dan pembangunan yang berkelanjutan. Kedua, Profesor Iwan Jaya Azis dari Cornell University Amerika Serikat yang memaparkan tentang peluang dan tantangan percepatan pemulihan inklusif melalui ekonomi syariah.
Ini berdasarkan beberapa aspek, seperti aspek konsep ekonomi, sumber daya manusia, dan budaya. Ketiga, Dr Ziyaad Mahomed dari INCEIF Malaysia yang menjelaskan perspektif prinsip-prinsip syariah dan kaitannya dengan aplikasi ekonomi dan keuangan syariah yang dikembangkan saat ini.