Senin 10 Oct 2022 20:35 WIB

Taiwan Bersedia Berdialog dengan China

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan kesediaannya untuk berbicara dengan China.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan perang antara Taiwan dan China
Foto: Taiwan Presidential Office via AP
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan perang antara Taiwan dan China "bukan opsi sama sekali" dan ia menegaskan kesediaannya untuk berbicara dengan Beijing.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan perang antara Taiwan dan China "bukan opsi sama sekali" dan ia menegaskan kesediaannya untuk berbicara dengan Beijing. Dalam pidato di hari nasional Taiwan, Tsai juga berjanji untuk meningkatkan pertahanan pulau itu dengan rudal presisi.

China kembali menolak tawaran tersebut dengan mengatakan Taiwan merupakan wilayah China. Beijing meningkatkan aktivitas militernya di sekitar pulau demokratis itu setelah kunjungan ketua House of Representative Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi bulan Agustus lalu.

Baca Juga

Setiap konflik atas Taiwan dapat menyeret AS, Jepang dan mungkin dunia, serta mengguncang perekonomian global. Terutama karena posisi Taiwan sebagai produsen semikonduktor yang digunakan di hampir semua perangkat mulai dari telepon pintar sampai pesawat jet.

Dalam pidatonya Tsai mengatakan "disayangkan" China meningkatkan intimidasi dan mengancam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan kawasan. Ia mengatakan China seharusnya tidak mengira terdapat ruang kompromi pada komitmen rakyat Taiwan pada demokrasi dan kebebasan.

"Saya ingin menegaskan pada pihak berwenang Beijing, konfrontasi bersenjata jelas bukan opsi kedua belah pihak, hanya dengan menghormati komitmen rakyat Taiwan pada kedaulatan, demokrasi dan kebebasan akan ada dasar untuk mengembalikan interaksi konstruktif kami di seluruh Selat Taiwan," katanya.

 

Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan Taiwan bagian dari China. "Tidak memiliki presiden dan bukan negara merdeka," katanya.

"Akar masalah ketegangan saat ini di Selat Taiwan terletak pada kekerasan kepala pihak berwenang Partai Progresif Demokratik pada kemerdekaan dan suksesi Taiwan," katanya tentang partai berkuasa Taiwan.

"Kami bersedia menciptakan ruang yang lebih luas untuk reunifikasi damai, tapi kami tidak akan meninggalkan ruang untuk kemerdekaan dan aktivitas suksesi Taiwan," tambahnya.

China menyebut Tsai yang memenangkan pemilihan tahun 2020 sebagai separatis. Beijing juga menolak berbicara dengannya.

Pidato Tsai disampaikan satu pekan sebelum kongres Partai Komunis Cina yang dibuka di Beijing. Dalam kongres itu diperkirakan Presiden Xi Jinping akan terpilih untuk masa jabatan ketiga.

Seorang pejabat yang mengetahui sikap Tsai mengatakan presiden itu ingin "menegaskan" posisinya pada dunia dan Beijing.

"Teguh berdiri pada  perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan saat ini merupakan poros utama pernyatan Tsai mengenai hubungan antar-selat tahun ini," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement