REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti melihat bahwa SARS-CoV-2 kini mulai mengalami mutasi konvergen. Mutasi ini berpotensi membuat virus SARS-CoV-2 lebih pintar dalam menghindari respons imun.
Sejak terdeteksi pada 2019, SARS-CoV-2 telah melalui beragam mutasi dan memunculkan berbagai varian. Sebagian di antaranya adalah varian gamma, delta, beta, dan omicron.
Tiap-tiap varian tersebut memiliki mutasi yang berbeda. AKan tetapi, saat ini para peneliti melihat bahwa SARS-CoV-2 kini mulai mengalami kondisi yang dikenal sebagai mutasi konvergen.
Mutasi konvergen adalah situasi ketika varian-varian virus yang berbeda mengalami mutasi yang sama. Mutasi ini tak membuat varian-varian tersebut menjadi satu varian yang sama, tetapi justru membentuk varian-varian berbeda dengan sifat yang sama.
Proses mutasi konvergen ini mengkhawatirkan karena bisa membuat virus menjadi lebih pandai dalam menghindari respons imun. Artinya, virus SARS-CoV-2 akan menjadi lebih sulit untuk dilawan oleh tubuh.
"Varian baru yang dihasilkan (dari mutasi konvergen) akan jauh lebih jago dalam menghindari imun," jelas pakar Yunlong Cao kepada New Atlas, seperti dilansir Express, Selasa (11/10/2022).
Ahli virologi molekuler Marc Johnson mengatakan saat ini sudah ada beberapa kasus Covid-19 yang memberikan petunjuk soal mutasi konvergen. Tubuh para pasien dalam kasus-kasus tersebut tampak tidak mampu menyingkirkan infeksi SARS-CoV-2. Kondisi tersebut membuat virus menjadi lebih mudah menyebar di antara manusia, sehingga proses evolusi pun terjadi lebih cepat.
Mutasi konvergen pada omicron
Cao mengungkapkan bahwa mutasi konvergen telah terlihat pada berbagai varian omicron. Saat ini, varian terbaru dari omicron adalah BA.2.75.2. Varian ini bisa lebih mudah menyebar karena memiliki kemampuan untuk menghindari imun tubuh.