REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Psikiatri RS Duren Sawit, dr. Dian W. Vietara Sp.KJ mengatakan, deteksi dini gangguan kesehatan jiwa sebagai langkah preventif dengan mencari sumber permasalahan dapat mencegah risiko gangguan semakin memburuk. "Kalau misalnya merasa kondisi tidak baik-baik saja, rasanya ada yang salah dari kita, terganggu tidurnya, kita langsung bisa melakukan searching cari langkah-langkah dan mengatur time managment ada yang salah atau tidak," ucapnya dalam webinar memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Menurut Dian, biasanya manusia memiliki kemampuan untuk mendeteksi jika ada yang salah dan tidak biasa dalam perilakunya sehari-hari, yang disebut dengan "Coping Skill". Langkah ini fokus untuk mencari sumber masalah yang dihadapi. Jika tidak bisa menemukan solusi, beralih ke fokus mengatur emosi.
"Jadi cari bagaimana caranya dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, stresnya tidak bisa diatasi, emosi kita tetap santai. Caranya efektif, biasanya olahraga," ucap Dian.
Menurut dia, melakukan olahraga akan mengeluarkan endorfin yang dapat membantu dalam mengelola emosi. Selain olahraga, bisa juga mengonsumsi makanan berserat dan bergizi karena bisa mengurangi depresi dan rasa cemas. Langkah berikutnya bisa mengatur napas dan melakukan relaksasi, serta berpikir positif dan mendekatkan diri pada Tuhan.
"Kalau tidak bisa buat emosi baik-baik saja berati kalau kita biarkan akan mengganggu rutinitas dan mengganggu produktifitas kita, itulah saatnya pergi konseling," ucapnya.
Langkah preventif ini juga bisa diterapkan pada anak-anak yang terlihat perubahan perilakunya, seperti sensitif dan mudah tantrum. "Gangguan mental anak biasanya marah-marah, sedikit aja sensitif, mengamuk, tantrum, tidurnya larut malam dan gelisah itu sering ditemui anak-anak, orang tua harus lebih aware," ucap dokter yang praktik di RS Duren Sawit ini.
Selain itu, menurunnya prestasi di sekolah adalah tanda yang paling terlihat, sehingga Dian menyarankan untuk segera melakukan skrining kesehatan jiwa, karena pencegahan lebih dini akan lebih mudah disembuhkan ketimbang sudah berlarut-larut.
"Kalau preventif tidak perlu waktu lama untuk menyembuhkan, tiga bulan sudah baik-baik saja jadi tidak harus sampai parah banget, deteksi dini perlu sekali jangan sampai anak memilih gadget," katanya.
Dian menjelaskan jika anak sudah mengalihkan gangguan kesehatan jiwanya kepada gadget akan sulit menyembuhkannya dan akan berakibat anak mencari jalan keluar yang salah dan berujung menyakiti diri sendiri.
"Emosi akan jelek, perilakunya jelek dan biasanya mengobatinya akan sulit. Pastikan orang tua yang melindungi dia sehingga tidak mencari solusi sendiri," katanya.