REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Industri emas diyakini akan mulai pulih pada tahun depan, meskipun dunia telah memasuki era suku bunga lebih tinggi, menurut survei industri emas batangan seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (19/10/2022).
Delegasi yang berkumpul di Lisbon untuk konferensi tahunan London Bullion Market Association memperkirakan, harga emas akan naik menjadi 1.830,50 dolar AS per ons pada tahun depan. Harga itu naik sekitar 10 persen di atas level saat ini. Survei tersebut mencakup para pedagang, penyuling, dan penambang top dunia.
Tercatat, harga emas telah jatuh sekitar 20 persen sejak mendekati rekor terendag pada bulan Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina. Kebijakan moneter yang lebih ketat, terutama oleh Federal Reserve AS, telah membebani logam mulia yang tidak dikenakan bunga.
Namun, beberapa investor meemegang emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik dan ekonomi yang lebih luas. Dari mulai dampak perang di Ukraina hingga lockdwon Covid-19 di China.
Adapun, untuk harga perak diprediksi akan booming 50 persen selama periode yang sama. Hal itu berdasarkan perkiraan rata-rata delegasi LBMA yang disurvei.