REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Sosial RI Tri Rismaharini mendorong agar perusahaan swasta membuka kesempatan bekerja untuk para penyandang disabilitas. Ia pun membuka peluang adanya pemberian insentif kepada perusahaan swasta agar bisa memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas.
Hal ini dilakukan sebagai wujud pelaksanaan salah satu agenda aksi dasawarsa penyandang disabilitas 2013-2022 yang disebut dengan Incheon Strategy to Make the Right Real for Persons with Disabilities in Asia and Pasific.
"Ya nanti kami akan diskusikan insentif (disabilitas) untuk swasta," kata Mensos Risma dalam acara Incheon Strategy to Make the Right Real for Persons with Disabilities in Asia and Pasific The United Nation Economic and Social Comission for Asia dan the Pacific (UNESCAP) di Hotel Fairmont, Rabu (19/10/2022).
Sesuai Undang-undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang menyebut perusahaan swasta wajib mempekerjakan penyandang disabilitas dengan porsi satu persen. "Sebenarnya itu ada ya di UU, disebutkan (dalam UU) menurut saya sebenarnya tidak perlu insentif karena UU sudah mengatakan demikian," tegas Risma.
Selama ini, sambung Risma, Kemensos berperan aktif dalam pemberian pelatihan vokasional atau keahlian kepada penyandang disabilitas. Kemensos juga aktif bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk menyalurkan tenaga kerja.
"Untuk training, sudah empat kali kita lakukan training untuk bagaimana mereka bisa mengakses pekerjaan," ujar Risma.
Risma berharap dengan adanya pertemuan bersama negara-negara Asia-Pasifik dapat memberikan menjawab berbagai tantangan dan hambatan dalam hal promosi dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas. Pasalnya, hingga kini masih banyak sekali tindak diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas. Akses pekerjaan pun semakin sulit dengan adanya pandemi Covid-19.
Menurut Risma, dalam setahun terakhir, Indonesia memang telah melakukan berbagai terobosan untuk mendukung dan mempermudah aksesibilitas para penyandang disabilitas.
Pertama adalah terobosan inovatif, dengan penemuan tongkat pintar adaptif dan smartphone yang sudah dimodifikasi untuk disabilitas netra. Tongkat ini akan bergetar untuk memberi sinyal kepada difabel jika ada bencana di sekitarnya.
Terobosan lainnya adalah pendekatan (approach). Risma mengatakan, Indonesia telah melakukan enterpreneurship approach.Dengan kata lain, para penyandang disabilitas ini bukan hanya ditekankan untuk bekerja di tengah minimnya lowongan untuk difabel, tapi juga berwirausaha.
“Mereka, kami ajarkan untuk bisa berdiri tapi dengan teknologi kami yang dibuat oleh para penyandang disabilitas juga. Jadi, ini adalah salah satu keberanian untuk bagaimana penyandang disabilitas ini bisa membuat, bahkan bisa menciptakan suatu karya sendiri, yang bisa kita akan ajukan hak patennya secara internasional,” katanya.
Sedangkan yang ketiga, keberpihakan pemerintah terhadap penyandang disabilitas agar memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Tiga hal itu, kata Risma, merupakan terobosan yang dibagikan oleh Indonesia pada pertemuan bersama negara-negara Asia-Pasifik.
“ Indonesia berharap juga bisa belajar dari negara lain, dengan harapan bisa memperkaya negeri kita sendiri,” katanya.