REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Azhar Rasyid, Penilik sejarah Islam
Bahwa Buya Hamka merupakan ulama plus sastrawan terkemuka di Indonesia adalah suatu hal yang tak diragukan lagi. Berbagai ceramahnya dan tulisannya (dalam bentuk buku agama dan novel) telah membuktikan itu. Banyak orang membeli bukunya.
Yang lainnya mendengar khutbahnya di radio atau di depan televisi. Tak sedikit yang sengaja datang ke Masjid Al-Azhar di Jakarta untuk menyaksikan sang buya berceramah secara langsung. Arti penting Buya Hamka dipertegas oleh kesaksian mereka yang kenal dengannya serta analisis yang diutarakan para akademisi.
Namun, ada satu hal lainnya yang tak kalah penting namun jarang disebut orang, yakni bahwa Buya Hamka tak hanya mempunyai reputasi baik di negeri kelahirannya saja, melainkan juga di dunia Islam yang lebih luas. Dunia Islam yang dimaksud di sini ada dua, yakni dunia Islam Melayu di Asia Tenggara dan dunia Islam Arab di Afrika Utara.
Di dunia Islam Melayu di Asia Tenggara, publik mengenal Buya Hamka melalui buku agama dan novel yang ditulisnya. Karya Buya Hamka diterbitkan oleh beberapa penerbit di Malaysia, dengan Tasawuf Modern sebagai salah satu karyanya yang paling terkenal. Di ruang publik Malaysia di era 1960an Hamka diberi berbagai julukan yang merepresentasikan popularitasnya, di antaranya “pujangga Islam Indonesia”, “pengarang terkenal”, “pensharah Indonesia yang terkenal” dan “pengarang ugama yang terkenal di Indonesia”.
Buya Hamka eksis di Malaysia dengan berbagai cara. Kata-kata penuh hikmah yang disusun Hamka dikutip koran berbahasa Melayu dan dijadikan sebagai pemberi motivasi bagi masyarakat Melayu.
Koran-koran lokal ini juga kerap mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan rencana kunjungan Buya Hamka ke berbagai tempat di Semenanjung Malaya, mulai dari lokasi hingga hari dan jam ceramahnya. Begitu tenarnya Hamka sampai-sampai ada warga Malaysia yang mengirimkan surat pembaca ke sebuah surat kabar Malaysia hanya untuk menanyakan alamat Hamka di Jakarta. Tujuannya adalah untuk melakukan korespondensi dengan sang ulama.
Nama Buya Hamka juga tenar di kalangan atas. Para raja Melayu di Malaysia, misalnya, mengundangnya untuk memberikan sarahan (ceramah) di negara bagian mereka.