Rabu 26 Oct 2022 00:12 WIB

Bali Diimbau Waspada Bencana

Bali diimbau waspada bencana karena berkurangnya kawasan penyangga air.

Sejumlah siswa menyeberangi sungai saat berangkat ke sekolah pascabanjir bandang di Dusun Sekar Kejula Kelod, Desa Yehembang Kauh, Jembrana, Bali, Selasa (25/10/2022). Bali diimbau waspada bencana karena berkurangnya kawasan penyangga air.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Sejumlah siswa menyeberangi sungai saat berangkat ke sekolah pascabanjir bandang di Dusun Sekar Kejula Kelod, Desa Yehembang Kauh, Jembrana, Bali, Selasa (25/10/2022). Bali diimbau waspada bencana karena berkurangnya kawasan penyangga air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau Provinsi Bali agar mewaspadai bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor, karena berkurangnya kawasan penyangga air.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan Provinsi Bali sedikit unik, sebab di beberapa tempat kawasan hutan yang masih terjaga, tetapi mungkin dengan makin banyaknya kebutuhan untuk pemanfaatan ruang.

Baca Juga

"Ada bagian-bagian yang dulunya mungkin sebagai penyangga air sekarang sudah berkurang. Ini juga harus kita waspadai untuk potensi terjadinya bencana hidrometeorologi basah yang masif, karena dalam dua minggu ini bencana hidrometeorologi basah terjadi di Bali itu cukup signifikan," ujar Abdul dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Abdul menyebut kejadian banjir di Bali memang jarang, namun dilihat dari dampaknya menyebabkan jalanan putus di Kabupaten Jembrana, yang mengganggu jalur lalu lintas dari Ketapang-Gilimanuk.

"Ini harus kita waspadai, karena kita tahu Bali adalah tuan rumah pertemuan puncak G20 di 14-16 November, dan ini sudah memang kita dari BNPB sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi," ujar Abdul.

Abdul mengatakan upaya mengurangi potensi dampak dari bencana hidrometeorologi basah tidak hanya kerja BNPB saja, tapi harus melibatkan Pemerintah Provinsi hingga ke tingkat masyarakat.

Selain itu Abdul mengimbau jika ada kondisi-kondisi lingkungan yang mungkin membahayakan, lereng lereng tebing yang gundul atau mungkin curam yang berpotensi longsor, harus segera diantisipasi baik itu mitigasi struktur ataupun non-struktur.

BNPB menilai kawasan di Kabupaten Karangasem dan Bangli sebenarnya bukan lokasi secara kerentanan topografi dan kerentanan lingkungan adalah daerah rawan banjir. Risiko banjir, menurut Abdul hanya di sekitar aliran sungai saja.

Untuk itu pihak BNPB masih mendalami analisis penyebab banjir di lokasi-lokasi yang secara fisik tersebut, bukan daerah yang berisiko tinggi banjir. "Karena banjir di Bali cukup besar ya udah seperti banjir bandang, ada pohon-pohon yang terbawa ke bawah. Ini kita harus melihat hulu sungai kita," ujar dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement