REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih menyambut baik langkah-langkah yang diambil oleh Arab Saudi untuk membantu Ukraina dalam perangnya dengan Rusia. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden merenungkan betapa sulitnya melawan Saudi karena bergabung dengan pengurangan produksi minyak.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan pada Selasa (25/10/2022), Biden dan timnya akan meluangkan waktu untuk menilai konsekuensi apa yang harus dihadapi Saudi untuk keputusan 12 Oktober oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi dan sekutu (OPEC+) untuk memangkas produksi minyak. Biden khawatir bahwa harga bensin akan melonjak menjelang pemilihan kongres 8 November.
Washington telah memperingatkan Riyadh akan menghadapi konsekuensi karena berpihak pada Moskow dan setuju untuk memangkas produksi. Beberapa anggota parlemen ingin AS menangguhkan penjualan senjata ke sekutu lama Timur Tengah itu.
Sejak keputusan OPEC+, perwakilan Saudi untuk PBB telah mengutuk pencaplokan Rusia atas empat wilayah di Ukraina. "Kami telah mencatat sejak pemotongan OPEC+ bahwa Arab Saudi memberikan suara menentang Rusia di PBB dan juga menjanjikan empat juta dolar AS untuk mendukung kebutuhan rekonstruksi dan kemanusiaan Ukraina," kata Jean-Pierre.
Gedung Putih tidak memberikan batas waktu untuk menyelesaikan tinjauan kebijakan tentang Saudi. Menteri Investasi Saudi Khalid al-Falih mengatakan dalam sebuah forum di Riyadh, bahwa negaranya dan AS akan mengatasi pertengkaran tidak beralasan kedua negara, menyoroti hubungan perusahaan dan institusional yang sudah berlangsung lama.