REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar, menilai, PDIP akan rugi jika mengusung calon presiden (capres) yang tidak diharapkan masyarakat. Pasalnya, ketepatan partai turut mengusung capres terbukti ikut mendongkrak elektabilitas partai.
"Seperti Gerindra di 2019, itu bertambahnya cukup signifikan sampai 7 kursi itu di DPR. Saya kira, itu juga membuktikan coat-tail effect dari tokoh yang memang diharapkan masyarakat untuk elektabilitas sebuah partai itu terbukti," kata Usep kepada Republika, Kamis (28/10).
Hal itu juga terbukti ketika PDIP mengusung Presiden Jokowi di Pemilu 2019. Pun ketika Maruf Amin diusung sebagai wakil presiden yang turut mendongkrak elektabilitas PKB.
"Ini kan yang dibaca semua partai, sehingga semua partai ini juga berusaha menyorongkan kadernya atau yang dekat atau diasosikan dengan partainya untuk menjadi calon presiden atau wakil presiden karena itu bakal menguntungkan," ucapnya.
"Jadi, PDIP menurut saya, rugi kalau tidak mencalonkan tokoh yang memang diharapkan menjadi calon presiden di 2024. Padahal, memang ada disitu tokohnya memang ada menjadi kader sendiri," ucapnya.
Populi Center dalam survei terbarunya menunjukan bahwa elektabilitas PDIP mengalami kemerosotan. Usep mengatakan, drama yang terjadi di PDIP menjadi penyebab merosotnya elektabiltas PDIP.
"Karena survei kita itu dilakukan ketika masih drama ini terjadi terus menerus kan. Justru dugaan saya karena itu nggak cepat menentukan," kata Usep kepada Republika, Kamis (27/10).