REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Joko Widodo atau Jokowi kembali memberikan bantahan ihwal anggapan yang menyebutkan dirinya ingin menjadi presiden selama tiga periode. Bantahan tersebut langsung disampaikan Presiden ke-7 itu kepada awak media di Solo, Jawa Tengah, Senin (30/12/2024).
Juru Bicara PDIP Guntur Romli mengatakan, bantahan itu hanya menjadi bahan tertawaan publik. Menurut dia, publik tahu bahwa hasrat Jokowi untuk menjadi presiden selama tiga periode sangatlah tinggi. Pasalnya, selama ini Jokowi selalu melindungi orang-orang yang menyuarakan agar jabatan presiden bisa hingga tiga periode.
"Publik sangat mengetahui orang-orang di lingkaran Jokowi saat itu secara serentak menyuarakan tiga periode atau perpanjangan masa jabatan, seperti ada yang meminta secara resmi dan mengorkestrasi," kata dia, Selasa (31/12/2024).
Ia menambahkan, Jokowi juga tidak pernah memberikan teguran dan sanksi kepada orang-orang yang ingin dirinya menjabat sebagai presiden selama tiga periode. Bahkan, orang-orang itu tetap mendapatkan jabatan di pemerintah Prabowo Subianto sebagai "orang titipan Jokowi".
Guntur menyebutkan, narasi perpanjangan masa jabatan atau tiga periode awalnya disuarakan oleh sejumlah ketua umum partai politik saat itu, seperti Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, dan Zulkifli Hasan. Setelah itu, narasi itu terus dikembangkan oleh sejumlah menteri Jokowi seperti Bahlil Lahadalia, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Tito Karnavian.
Tak hanya sampai di situ, narasi presiden tiga periode juga disuarakan oleh organisasi relawan Pro Jokowi (Projo). Bahkan, Asosiasi Pemerintah Desa Indonesia (Apdesi) juga menyatakan dukungan terkait narasi tiga periode dalam acara yang dihadiri Jokowi.
"Pernyataan Jokowi bahwa orang-orang meminta tiga periode seperti 'menampar dan menjerumuskan dia' pada akhir tahun 2019 hanya drama politik belaka yang menjadi tertawaan publik, karena orang-orang itu sampai akhir periode Jokowi tetap menjadi orang-orang terdekat Jokowi bahkan disebut-sebut "orang titipan Jokowi" di kepemimpinan Presiden Prabowo saat ini," kata Guntur.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa Jokowi merasa nyaman dengan pernyataan mereka. Padahal, seharusnya orang yang merasa ditampar akan memberikan teguran kepada orang yang menamparnya.
"Masa iya, kita tidak marah pada orang yang menampar dan menjerumuskan kita. Kecuali sudah direncanakan suatu skenario kepura-puraan," ujar Guntur.
Ia menambahkan, terdapat peran besar "orang Istana" dari lingkaran Jokowi saat itu yang mengorkestrasi wacana tiga periode. Hingga akhirnya sepanjang tahun 2022, Jokowi tidak lagi menunjukkan sikap pura-pura antipati atau penolakan pada wacana tiga periode dengan berdalih suara rakyat adalah hal yang wajar dalam negara demokrasi.