REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menggelar inspeksi udara ke provinsi-provinsi sebelah selatan yang mengalami longsor yang disebabkan badai tropis Nalgae yang menewaskan 110 orang.
Badan penanggulangan bencana Filipina mengatakan badai itu juga melukai 100 orang lebih. Sebanyak 33 orang masih dinyatakan hilang dalam berbagai banjir dan longsor.
Nalgae bergerak ke selatan China usai menghancurkan lahan pertanian dan infrastruktur. Data pemerintah menunjukkan total kerugian masing-masing sebesar 22 juta dolar dan 13 juta dolar.
Badai itu merupakan badai paling menghancurkan kedua yang menghantam Filipina tahun ini. Setelah badai Megi yang menewaskan 214 orang pada bulan April lalu.
Marcos memerintahkan pejabat mendistribusikan paket bantuan lebih cepat dan mendorong persiapan yang lebih baik sebelum empat badai tropis menghantam Filipina pada akhir tahun ini.
"Ketika kami melakukan inspeksi udara, saya menyadari longsor terjadi di hutan yang gundul dan itu adalah masalah," kata Marcos yang juga mengunjungi tempat evakuasi warga di Provinsi Maguindanao, Selasa (1/11/2022).
Sebagian besar korban tewas akibat longsor yang dipicu badai siklon ke-14 Filipina tahun ini terjadi di Nalgea yang mengalami deforestasi. Provinsi itu terletak di selatan daerah otonom Bangsamoro.
Rata-rata Kepulauan Filipina yang memiliki 7.600 pulau dihantam 20 badai setiap tahun. Perubahan iklim meningkat intensitas siklon tropis yang mengakibatkan longsor dan banjir.