REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak 96 siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Parungponteng di Desa Girikencana, Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, mau tak mau harus melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tengah bangunan sekolah yang terancam bencana tanah longsor. Pasalnya, pekan lalu, jalan raya yang berada tepat di depan sekolah mereka telah tergerus tanah longsor. Merambatnya longsoran ke SDN 2 Parungponteng seolah tinggal menunggu waktu.
Salah seorang guru SDN 2 Parungponteng, Jejen Nurjaman, mengatakan, bencana tanah longsor itu terjadi para Rabu (26/10/2022). Tanah yang longsor itu hanya berjarak sekitar 3 meter dari tembok gerbang sekolah, yang juga sudah mengalami keretakan akibat bencana tersebut. Karena itu, pihak sekolah sempat memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar daring kepada para siswa sejak tanah longsor terjadi.
"Kami sudah melakukan laporan untuk memberlakukan PJJ setelah kejadian longsor. Saat kejadian, sekolah diliburkan. Lalu pada Kamis, Jumat, dan Sabtu, dilakukan PJJ," kata dia saat ditemui Republika, Rabu (2/11/2022).
Pemberlakuan PJJ itu juga sejalan dengan rekomendasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya untuk tidak menggunakan bangunan sekolah sementara waktu. Namun, belakangan pihak sekolah kembali menerima surat agar KBM di sekolah dilaksanakan kembali. Surat itu diterima setelah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan peninjauan ke SDN 2 Parungponteng.
Jejen mengatakan, para siswa telah kembali melaksanakan KBM di sekolah sejak Senin (31/10/2022). Hanya saja, ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, para siswa harus langsung dipulangkan.
"Memang sebenarnya bangunan sekolah tidak terdampak langsung longsor yang terjadi. Hanya bagian tembok gerbang retak-retak," kata dia.
Kendati demikian, pihak sekolah tetap waswas akan terjadi longsor susulan. Sebab, retakan tanah disebut masih terus meluas. Jejen pribadi juga masih khawatir. Takut tanah longsor merambat ke sekolah.
Karena itu, saat ini, satu ruang kelas yang berada paling dekat dengan lokasi longsor untuk sementara tidak digunakan. Siswa di kelas itu dipindahkan ke ruang perpustakaan untuk melaksanakan KBM.
Selain itu, orang tua siswa juga disebut banyak yang khawatir anaknya bermain mendekati lokasi tanah longsor, yang kedalamannya mencapai sekitar 30 meter. Namun, pihak sekolah telah membatasi tempat bermain siswa agar tidak mendekati lokasi tanah longsor. Pengawasan kepada para siswa juga lebih ditingkatkan.
Jejen berharap, pemerintah dapat segera melakukan penanganan terkait bencana tersebut. "Yang penting longsor tidak merambat. Soalnya kalau kena longsor, kami bingung mau belajar di mana lagi," kata dia.
Pihaknya juga berharap, sekolah direlokasi ke tempat apabila memungkinkan. Dengan begitu, para guru dan siswa dapat merasa lebih aman saat melaksanakan proses KBM di sekolah. Namun, sejauh ini masih belum ada kepastian dari Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya.
Salah seorang siswa kelas IV, Alwa (10 tahun), mengaku, takut dengan bencana tanah longsor yang terjadi. Dia berharap, ada kepastian agar sekolah tidak terdampak longsor.
"Maunya dibenerin biar aman. (Sekarang) Maennya gak bebas. Takut," kata dia.
Siswa lainnya, Fahmi (12) juga mengaku khawatir dengan bencana tanah longsor yang terjadi dekat sekolahnya. Adanya bencana itu dinilai membuat proses KBM jadi terganggu.
"Kalau belajar jadi takut. Maunya dibenerin, biar tenang belajarnya," kata siswa kelas VI itu.