REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani binaan Astra di Kabupaten Aceh Tengah kembali berhasil mengekspor kopi. Setelah sebelumnya ke Inggris, kali ini, penjualan green bean Gayo coffe senilai Rp 10 miliar dilakukan ke California, Amerika Serikat.
Pelepasan ekspor ini dihadiri Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar; Sekretaris Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Kementerian Desa PDDT, Sudrajat; dan Chief of Corporate Affairs PT Astra International Tbk, Riza Deliansyah, Rabu (2/11) di Kabupaten Aceh Tengah.
Ketua Koperasi Usaha Tani Gayo, Rafiandi, mengatakan, ekspor kopi sebanyak 5 kontainer ini bersumber dari sejumlah anggotanya yang berasal dari 32 desa di Kabupaten Aceh Tengah. "Awalnya binaan kami ada di 9 desa dari 4 kecamatan. Kami lahir dari santri," kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Kamis (3/11/2022).
Dengan mengikuti pembinaan dari PT Astra International Tbk melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA), jumlah petani binaannya terus bertambah. "Sekarang binaan kami ada di 32 desa di Kabupaten Aceh Tengah," katanya.
Ekspor kopi kali ini, tambah dia, juga terwujud berkat kerja sama dengan Pondok Pesantren Al Ummah. "Bersama Desa Sejahtera Astra, kami hadir untuk menyisihkan pendapatan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," katanya.
Bupati Aceh Tengah mengapresiasi ekspor kopi petani DSA tersebut. Ini menambah panjang daftar petani kopi di wilayahnya yang berhasil melakukan ekspor. "Eksportir kopi di kami ada sekitar 20. Ada dari koperasi, PT," katanya.
Dia berharap, ekspor kopi ini menjadi pertanda kebangkitan petani di daerahnya setelah pada 2020 aktivitas tersebut bisa dikatakan mati. "Awal 2020 saat covid, ekspor kopi kita terhenti. Karena lockdown di tempat tujuan ekspor," katanya.
Lebih lanjut, dia berharap, ekspor ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Ekspor ini juga sangat strategis untuk kalangan milenial, agar tertib dalam berusaha. Juga efektif dan efisien," katanya.
Sekretaris Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Kementerian Desa PDDT, Sudrajat, berharap ke depan ekspor kopi bisa dilakukan dengan memiliki nilai tambah. Menurutnya, hilirisasi produk akan lebih bagus karena memiliki tambahan nilai jual.
"Jangan hanya puas dengan bahan baku. Harus inovasi dengan penganekaragaman," katanya.
Sebagai contoh, dia berharap, ke depan kopi yang diekspor bukan hanya biji mentah. "Ekspornya harus bahan jadi. Atau nanti ekspornya harus yang diroasting, jangan mentah seperti sekarang," katanya.
Dia meyakini cara ini mampu mendorong pembangunan ekonomi masyarakat yang jauh lebih besar. "Karena keberhasilan mendorong pengelolaan sumber daya lokal, ini kata kunci masalah ekonomi pedesaan," katanya.
Dia pun kembali mendorong agar lebih banyak produk desa yang bisa menjangkau pasar lebih luas lagi. "Produk-produk desa harus bisa ekspor," katanya.
Chief of Corporate Affairs PT Astra International Tbk, Riza Deliansyah, mengatakan, Kabupaten Aceh Tengah memiliki potensi yang besar untuk menjadi desa wisata. "Ada danau, kopi gayo, pacuan kuda, tarian. Potensinya luar biasa untuk jadi desa wisata. Banyak orang asing suka kopi gayo," katanya.
Program DSA di Aceh Tengah, kata dia, diharapkan mampu mempercepat terwujudnya hal tersebut. "Kita berharap program ini bisa meningkatkan pendapatan masyarakat," katanya.
Ini terbukti dengan keberhasilan DSA lainnya. Menurutnya, dari totak 1.060 DSA di seluruh Tanah Air, mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hingga 80%.
"Juga berhasil menambah lebih dari 20 ribu lapangan kerja baru," katanya.