Jumat 04 Nov 2022 05:00 WIB

Kesan Takjub 2 Presiden Amerika Serikat Obama dan Biden Terhadap Islam di Indonesia 

Islam di Indonesia mendapat perhatian khusus sejumlah pemimpi Amerika Serikat

Mantan Presiden Obama dan Presiden Amerika Serikat kini, Joe Biden. Kedua pemimpin Amerika Serikat itu memuji Islam di Indonesia.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Mantan Presiden Obama dan Presiden Amerika Serikat kini, Joe Biden. Kedua pemimpin Amerika Serikat itu memuji Islam di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Para kepala negara Amerika Serikat mengakui keberadaan Islam di Indonesia bukan sebagai penghalang untuk menjadi negara demokrasi. 

Tidak heran jika para pemimpin Amerika Serikat sering mengatakan bah wa Indonesia sebagai sebuah negara model untuk persemaian antara agama dan nasionalisme. 

Baca Juga

Presiden Joe Biden selalu mengesankan Indonesia sebagai negara sahabat yang memiliki banyak persamaan dengan Amerika Serikat. 

Bahkan, ketika dulu Obama menjadi presiden, Indonesia disebutkan berkali-kali dalam pidatonya di Cairo University, 4 Juni 2009. 

Selain karena negeri ini telah memberikan warna tersendiri di dalam memori kepribadiannya, di mana ia pernah hidup selama empat tahun di tengah perkampungan masyarakat Muslim di Menteng, Jakarta Pusat, Indonesia juga menurutnya adalah negara Muslim terbesar dan terluas penduduknya dan merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia. 

Ia mengagumi Indonesia karena pada satu sisi negara Muslim terbesar, tetapi pada sisi lain Indonesia juga menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dengan segala keunikannya. 

Ketika Obama menjadi presiden, ia pernah menegaskan: "Dan kami menyambut gembira semua pemerintahan terpilih dan damai, asalkan mereka memerintah dengan menghormati rakyatnya. Di manapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua pihak yang memegang kekuasaan, butir ini penting karena ada yang memperjuang kan demokrasi hanya pada saat mereka tidak berkuasa. Setelah berkuasa, mereka secara keji memberangus hak-hak orang lain. Di manapun kekuasaan itu berada, pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat merupakan standar tunggal untuk semua pihak yang memegang kekuasaan." 

Lebih lanjut, Obama mengatakan bahwa, "Islam memiliki sebuah tradisi toleransi yang patut dibanggakan. Kita menyaksikan hal ini dalam sejarah Andalusia dan Kordoba. Saya menyaksikan hal itu langsung ketika masih kanak-kanak di Indonesia, di mana warga Kristen yang saleh bebas beribadah di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Itulah semangat yang kita butuhkan kini. 

Orang di setiap negara harus bebas memilih dan menjalankan keyakinan mereka berdasarkan keyakinan pikiran, hati, dan jiwa. Toleransi ini penting agar agama bisa berkembang, tetapi juga ditantang dengan berbagai cara." 

Dalam pendidikan, Obama menyatakan akan memperluas program pertukaran dan memperbanyak beasiswa, juga mendorong lebih banyak warga Amerika untuk belajar di tengah masyarakat Muslim. 

Baca juga : Muslim Hikers Asal Inggris Alami Pelecehan Saat Tampil di Program Populer BBC

"Dan kami akan menempatkan siswa-siswa Muslim yang menjanjikan di tempat-tempat magang di Amerika, melakukan investasi dalam pembelajaran online untuk guru-guru dan anak-anak di seluruh dunia, dan menciptakan jaringan online baru, sehingga seorang remaja di Kansas mampu berkomunikasi langsung dengan remaja di Kairo," katanya. 

Inilah saat dan momentum yang paling tepat Indonesia memainkan peran di Timur Tengah dan Amerika Serikat. Keterlibatan Indonesia di dalam menyelesaikan berbagai persoalan global sangat diharapkan. 

Kebijakan Amerika Serikat tentang Islam di Amerika Serikat sering menjadikan Indonesia sebagai model untuk sebuah keharmonisan dan keselarasan. 

Baca juga : Naskah Khutbah Jumat: Manusia dalam Islam

Tidak mau kalah dengan Obama, Biden pun terkesan sangat memuji Indonesia sebagaimana diungkapkan ketika menerima duta besar Indonesia di Amerika Serikat, Rosan Perkasa Roeslani. Ia mengungkapkan, Indonesia telah memiliki peran penting di kawasan Indo-Pasifik. 

Ia sangat mengapresiasi kepemimpinan Indonesia di wilayah Indo-Pasifik. Ia mengatakan Indonesia dan Amerika Serikat telah bekerja sama lebih dari 70 tahun.         

*Catatan Perjalanan Imam Besar Masjid Istiqlal di AS

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement