REPUBLIKA.CO.ID, LONDON–Seorang dokter di Inggris telah diskors selama sembilan bulan setelah meminta seorang pasien Muslimah untuk membuka cadarnya selama konsultasi.
Panel memutuskan untuk melarang Dr Keith Wolverson, yang memiliki 25 tahun pengalaman bekerja sebagai dokter, dari bekerja sementara setelah menemukan tindakannya yang disayangkan.
Beberapa pelanggaran yang dilakukan dokter antara lain meminta Muslimah yang sudah menikah untuk membuka cadarnya. Dia juga mengkritik kemampuan berbicara bahasa Inggris kepada 15 pasien.
Dilansir dari The Islamic Information, Kamis (3/11/2022), meskipun mengakui tindakannya tidak profesional, Dr Wolverson mengatakan dia berencana untuk mengajukan banding atas keputusan yang melarangnya bekerja sebagai dokter selama sembilan bulan.
Selama sidang yang diadakan oleh Layanan Pengadilan Praktisi Medis (MPTS), Wolverson dinyatakan bersalah atau mengakui 17 dari total 28 pelanggaran yang diajukan terhadapnya.
Semua laporan pelanggaran dokter tertanggal Januari hingga Mei 2018 terkait pekerjaannya di Royal Stroke, baik sebagai dokter locum maupun sementara, serta saat bekerja di Derby Urgent Care Centre.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Birmingham Live, dokter mengatakan dia sedih untuk kepentingan publik karena menganggap sanksi tersebut berarti kekurangan personel NHS (badan kesejatan Inggris) ketika kondisinya sangat membutuhkan.
Dia juga menyatakan, keberatannya tidak dimaksudkan untuk meremehkan kelompok etnis tertentu atau merugikan siapa pun dari latar belakang budaya apa pun. Itu semata-mata tentang kejelasan komunikasi antara dia dan pasiennya.
Dalam insiden lain, ketika dia mengulangi permintaan untuk pasien Muslimah untuk melepas cadarnya tiga kali selama konsultasi pada Mei 2018, Wolverson beralasan bahwa dia meminta cadar dilepas karena kesulitan memahami aksen pasien.
Namun, pengadilan dengan cepat menolak argumen tersebut karena mereka tidak menemukan kesulitan memahami pasien ketika dia datang untuk memberikan bukti.
Ketua Hakim Duncan Toole mengatakan bukti dengan jelas menunjukkan tindakan Wolverson "menyedihkan" dan dapat merusak kepercayaan publik terhadap profesi tersebut.
Namun, pengadilan mencatat bahwa 25 tahun pelayanan medis Wolverson tidak memiliki masalah atau catatan buruk mengenai keselamatan pasien.
Kepercayaan publik terhadap kemampuan medis Wolverson diharapkan tidak berubah, terutama saat dia kembali bekerja setelah merenungkan tindakannya selama sembilan bulan masa skors.