REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyulut keracunan darah atau sepsis biasanya bakteri, yang berkembang biak dan memproduksi racun. Racun yang terbawa aliran darah menyebar dan menyulut peradangan berbagai organ.
Silvana Schumann pernah mengalami serangan sepsis. Darahnya terkontaminasi mikroorganisme. Ibaratnya mukjizat, bahwa dia masih hidup.
Segalanya berawal dari gejala yang menyerupai flu berat. Dia mengalami demam tinggi, batuk berat, dan merasa lemah. Tim penolong dari ambulans yang ia panggil segera menyadari, hidup Silvana Schumann terancam.
Dalam kasus serangan sepsis, waktu memegang peranan sangat penting. Seperti halnya pada serangan jantung dan stroke.
Gejala awal seperti demam tinggi dan denyut nadi sangat cepat tidak bisa jadi petunjuk tepat, karena tidak spesifik, dan bisa merujuk ke penyakit lain. Namun, di kepala kita ibaratnya terdengar alarm berdering kencang, jika nafas semakin cepat, tekanan darah merosot tajam, dan kita mulai merasa kebingungan.
Dokter perawatan intensif Prof. Michael Bauer mengungkap perasaan sakit biasanya jadi semakin berat. "Pasien kemungkinan akan mengatakan bahwa dia belum pernah merasa sesakit saat itu."
Tubuh memberikan peringatan dini
Menurut Profesor Bauer, itu gejala peringatan dini. Kemudian nafas akan semakin cepat dan tekanan darah menurun drastis. "Jika itu terjadi, orang akan melihat tanda-tanda serangan sepsis dan langkah terarah harus diambil," begitu ditegaskan Michael Bauer.
Penyulut sepsis biasanya bakteri, misalnya di dalam paru-paru. Sistem kekebalan tubuh tidak bisa mengontrol infeksi. Bakteri ini menyebar dalam jumlah besar dan memproduksi gas beracun. Lewat peredaran darah bakteri menyebar ke berbagai organ tubuh dan menyulut infeksi.