Jumat 04 Nov 2022 11:15 WIB

Benjamin Netanyahu Menang Pemilu Israel, PM Yair Lapir Beri Selamat

Kemenangan Netanyahu akan mengakhiri kebuntuan yang belum pernah terjadi sebelumnya

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Mantan Perdana Menteri Israel dan ketua partai Likud, Benjamin Netanyahu dan istrinya Sara memberi isyarat setelah hasil exit poll pertama untuk pemilihan Parlemen Israel di markas partainya di Yerusalem, Rabu, 2 November 2022.
Foto: AP/Tsafrir Abayov
Mantan Perdana Menteri Israel dan ketua partai Likud, Benjamin Netanyahu dan istrinya Sara memberi isyarat setelah hasil exit poll pertama untuk pemilihan Parlemen Israel di markas partainya di Yerusalem, Rabu, 2 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengucapkan selamat kepada Benjamin Netanyahu atas kemenangan dalam pemilihan umum pada Kamis (3/11/2022). Hasil akhir penghitungan mengkonfirmasi kemenangan mantan perdana menteri dengan aliansi sayap kanannya.

Kemenangan Netanyahu akan mengakhiri kebuntuan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel setelah lima pemilihan dalam waktu kurang dari empat tahun. Kali ini Netanyahu memenangkan mayoritas parlemen didukung oleh partai-partai ultranasionalis dan agama.

Baca Juga

Pemungutan suara yang berlangsung pada Selasa (1/11/2022) membuat kelompok kiri-moderat yang melibatkan aliansi konservatif, liberal, dan politisi Arab keluar usai lebih dari 18 bulan berkuasa. Dengan konflik dengan Palestina melonjak lagi dan menyentuh ketegangan Yahudi-Arab di Israel, sayap kanan Netanyahu dan partai-partai sejenisnya mengambil 64 dari 120 kursi Knesset.

Netanyahu masih harus secara resmi ditugaskan oleh presiden untuk membentuk pemerintahan, sebuah proses yang bisa memakan waktu berminggu-minggu. "Waktunya telah tiba untuk menegakkan ketertiban di sini. Waktunya telah tiba untuk menjadi tuan tanah," ujar Itamar Ben-Gvir dari partai sayap kanan Religious Zionism yang merupakan mitra senior Likud.

Media Israel mengutip sumber-sumber politik mengatakan, pemerintah baru mungkin akan dicapai pada pertengahan bulan. Koalisi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir memiliki mayoritas parlemen yang lebih sempit yang membuat rentan terhadap mosi tidak percaya.

Dengan pembicaraan pembangunan koalisi yang belum dimulai secara resmi, masih belum jelas posisi apa yang mungkin dipegang Ben-Gvir di pemerintahan masa depan. Sejak pemilihan, baik dia dan Netanyahu telah berjanji untuk melayani semua warga negara.

Tapi pengaruh Ben-Gvir telah menimbulkan kekhawatiran di antara 21 persen minoritas Arab dan Yahudi kiri-moderat. Sementara Amerika Serikat secara terbuka memberikan penilaian sambil menunggu pembentukan koalisi baru Israel.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menekankan pada Rabu (2/1), sedang menunggu nilai-nilai bersama negara tersebut. "Kami berharap semua pejabat pemerintah Israel akan terus berbagi nilai-nilai masyarakat yang terbuka dan demokratis, termasuk toleransi dan rasa hormat terhadap semua masyarakat sipil, terutama untuk kelompok minoritas,” kata juru bicara itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement