REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Militer Korea Utara (Korut) mengatakan pada Senin (7/11/2022), latihan militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini adalah provokasi terbuka dan latihan perang yang berbahaya. Tindakan itu pun telah ditanggapi dengan langkah-langkah yang mensimulasikan serangan ke pangkalan udara dan pesawat tempur mereka.
Staf Umum Tentara Rakyat Korea dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita pemerintah Korut KCNA menyatakan, latihan tersebut merupakan "Badai Waspada" dari bentuk provokasi terbuka yang bertujuan untuk meningkatkan ketegangan dengan sengaja.
"Latihan perang berbahaya dengan sifat agresif yang sangat tinggi terhadap Korut," ujar pernyataan tersebut.
Pekan lalu, Pyongyang melakukan uji coba beberapa rudal termasuk kemungkinan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang gagal dan ratusan peluru artileri ke laut. Uji coba ini bersamaan dengan acara latihan udara enam hari yang dilakukan Seoul dan Washington.
Militer Korsel mengatakan, dua pembom B-1B dilatih dengan empat jet tempur F-16 AS dan empat jet F-35 Korsel selama hari terakhir latihan angkatan udara gabungan “Vigilant Storm” yang berakhir Sabtu (5/11/2022). Ini menandai pertama kalinya sejak Desember 2017 bahwa pembom dikerahkan ke Semenanjung Korea. Latihan tersebut melibatkan sekitar 240 pesawat tempur, termasuk jet tempur canggih F-35 dari kedua negara.
Uji coba senjata Korut terakhir dilakukan pada akhir pekan lalu dengan meluncurkan empat rudal balistik ke laut. Tindakan ini merupakan balasan usai AS mengirim dua pembom supersonik yang melesat di atas Korsel.
Kementerian Luar Negeri Korut menggambarkan tindakan militer negara itu selama pekan lalu sebagai tanggapan yang tepat terhadap latihan Vigilant Storm. Pengerahan itu dinilai sebagai histeria konfrontasi militer AS. Pyongyang juga akan menanggapi dengan penangkal terberat untuk setiap upaya dari pasukan musuh untuk melanggar kedaulatan atau kepentingan keamanannya.