REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly akan mengumumkan investasi senilai 100 juta poundsterling atau setara Rp 1,8 triliun (dengan kurs Rp18.041 per poundsterling) untuk mendukung negara-negara berkembang melawan dampak perubahan iklim.
“Menteri Cleverly berpendapat, kemakmuran jangka panjang tergantung pada mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan meningkatkan investasi dalam energi terbarukan di seluruh dunia,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Inggris, Senin (7/11/2022).
Cleverly pun menyerukan semua negara berpartisipasi dalam upaya penanganan perubahan iklim. “Sekarang saatnya bagi semua negara meningkatkan tindakan mereka terhadap perubahan iklim dan memberikan perubahan nyata yang dibutuhkan,” ucapnya.
Cleverly hadir di United Nations Climate Change Conference (COP27) yang digelar di Sharm el-Sheikh, Mesir. Kairo selaku tuan rumah telah mendesak para delegasi negara yang berpartisipasi dalam acara tersebut segera mengimplementasikan janji-janji penanganan perubahan iklim. Hal itu termasuk dana yang dijanjikan negara-negara maju untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim.
“Beralih dari negosiasi dan janji ke era implementasi adalah prioritas,” kata Presiden COP27 Sameh Shoukry, Ahad (6/11) lalu, dikutip laman UN News. Shoukry saat ini juga menjabat sebagai menteri luar negeri Mesir.
Shoukry mengungkapkan, dana 100 miliar dolar AS yang dijanjikan negara maju untuk membantu negara miskin menangani perubahan iklim harus direalisasikan. “Negosiasi (selama dua pekan ke depan) mudah-mudahan akan membuahkan hasil. Saya mendesak Anda semua untuk mendengarkan dengan seksama dan berkomitmen untuk implementasi serta mengubah komitmen politik menjadi kesepakatan dan pemahaman serta teks dan resolusi yang dapat kita semua implementasikan,” ucapnya.
Dia memperingatkan, implikasi dari negosiasi di COP27 akan memengaruhi kehidupan dan mata pencaharian jutaan orang di seluruh dunia yang menderita dampak perubahan iklim. Peningkatan bantuan keuangan ke negara-negara miskin untuk menangani perubahan iklim telah menjadi salah satu isu utama dalam COP27. Isu prioritas lainnya membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.