REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina menuduh pasukan Rusia menjarah rumah-rumah kosong di Kota Kherson dan mendudukinya. Pasukan Rusia juga diduga mengenakan pakaian sipil untuk bersiap menghadapi pertempuran dalam bentrokan yang menurut kedua belah pihak paling penting.
Beberapa hari terakhir Rusia memerintahkan warga sipil keluar dari Kherson dalam mengantisipasi serangan Ukraina yang hendak merebut kembali kota itu. Satu-satunya ibukota wilayah yang berhasil Moskow rebut sejak awal invasi Februari lalu.
Kherson yang sebelum perang berpopulasi hampir 300 ribu jiwa kini dingin dan gelap. Setelah aliran listrik dan air di sekitarnya dimatikan dalam 48 jam terakhir.
Pemerintah yang ditempatkan Rusia di Kherson menyalahkan "sabotase" Ukraina dan mengatakan mereka sedang berusaha menyalakan kembali listrik. Pemerintah Ukraina mengatakan Rusia membongkar jaringan listrik sepanjang 1.5 kilometer dan listrik mungkin tidak akan kembali sampai pasukan Ukraina merebut kembali kota itu.
Kiev menggambarkan evakuasi itu sebagai deportasi paksa, tindakan yang termasuk kejahatan perang. Moskow mengatakan mereka mengirimkan warga Kherson untuk alasan keamanan.
Militer Ukraina mengatakan sekitar 100 anak-anak difabel dipindahkan dari fasilitas medis di Dnipriany, Kherson ke wilayah Moskow. Ukraina menambahkan pasien dari panti wreda juga dipaksa pindah dan pasukan Rusia mengambil fasilitas mereka.
Kherson terletak di satu-satunya kantong yang dikuasai Rusia di tepi barat Sungai Dnipro yang membelah Ukraina. Ukraina menjadikan merebut kembali Kherson sebagai fokus serangan-balik mereka di selatan. Kiev meningkatkan serangan balik sejak awal Oktober.
Situasi di dalam Kherson tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Pasukan Ukraina di garis terdepan mengatakan pertempuran melawan pasukan Rusia berjalan sengit.
"(Pasukan Rusia) menyamar dengan pakaian sipil, menduduki premis-premis sipil dan memperkuat posisi di dalamnya untuk mempersiapkan perang di jalanan," kata militer Ukraina.
"(Rusia) terlibat dalam penjarahan dan pencurian dari warga dan dari lokasi infrastruktur dan mengambil peralatan, makanan dan kendaraan ke Federasi Rusia," tambah Ukraina.
Pihak berwenang Rusia membantah melanggar hak-hak warga sipil. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan wilayah Donetsk di timur masih "episentrum" pertempuran. Menurutnya ratusan pasukan Rusia tewas setiap hari. Kota Bakhmut dan Avdiivka menjadi titik pertempuran paling sengit di wilayah Donetsk.