Selasa 08 Nov 2022 14:28 WIB

AS dan Rusia Bahas Penurunan Risiko Perang di Ukraina

Perang Rusia dan Ukraina dikhawatirkan mengarah pada perang nuklir

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan melakukan pembicaraan rahasia dengan pejabat senior Rusia untuk turunkan risiko meluasnya perang di Ukraina
Foto: AP/Andrew Harnik
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan melakukan pembicaraan rahasia dengan pejabat senior Rusia untuk turunkan risiko meluasnya perang di Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang sumber mengatakan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan melakukan pembicaraan rahasia dengan pejabat senior Rusia. Pembicaraan itu bertujuan menurunkan risiko meluasnya perang di Ukraina.

Sumber mengatakan pembicaraan itu sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir dan masih berlangsung. Kremlin menolak memberikan komentar mengenai pembicaraan yang pertama kali dilaporkan surat kabar Wall Street Journal.

Perang Rusia di Ukraina telah menimbulkan kerusakan besar dalam perekonomian dunia. Kini dikhawatirkan mengarah pada perang nuklir.

"Kami memiliki hak untuk berbicara langsung di tingkat senior dalam isu-isu yang mengkhawatirkan bagi Amerika Serikat," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam konferensi pers rutin, Selasa (8/11/2022).

Ia menambahkan pembicaraan tersebut fokus "hanya pada pengurangan resiko." Ia mengatakan dukungan AS pada Ukraina "tak tergoyahkan".

Penasihat kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan Ukraina siap bernegosiasi untuk mengakhiri perang dengan pemimpin Rusia di masa depan tapi tidak dengan Vladimir Putin. Hal ini disampaikan usai Washington Post melaporkan AS mendesak Kiev memberi sinyal siap menggelar perundingan damai untuk memastikan dukungan negara-negara Barat.  

"Ukraina tidak pernah menolak untuk bernegosiasi, posisi negosiasi kami diketahui dan terbuka," kata Podolyak di Twitter. Ia menambahkan Rusia seharusnya menarik dulu pasukannya dari Ukraina. "Apakah Putin siap? Jelas tidak."

Dalam pidato malamnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan sangat penting bagi Rusia untuk mematuhi dengan "tulus" perundingan damai. Ia menggambarkan Rusia sebagai kekuatan destabilisasi berbagai isu termasuk perubahan iklim.

Dalam beberapa pekan Rusia kehilangan semua wilayah yang mereka duduki di utara Ukraina dalam invasi bulan Februari. Beberapa bulan terakhir Moskow juga mengalami kemunduran di timur dan selatan.

Putin telah merespon kekalahan ini dengan memanggil ratusan ribu tentara cadangan dan mengumumkan aneksasi wilayah yang diduduki. Ia mengatakan hampir 50 ribu pasukan cadangan yang baru direkrut siap berperang di unit-unit tempur.

Namun semakin banyak prajurit yang dikirim ke garis depan dan terus bertambahnya korban jiwa dari pihak Rusia. Semakin meningkat juga ketidakpuasan terhadap perang ini di masyarakat Rusia.

Pada Senin lalu Kementerian Pertahanan Rusia mengambil tindakan yang jarang dilakukan dengan menyangkal kekalahan besar unit elit di serangan tanpa tujuan. Setelah blogger Rusia militer mengunggah surat terbuka dari penyintas brigade marinir Armada Pasifik ke-155.

Dalam surat yang ditujukan ke gubernur unit pasukan Pasifik Oleg Kozhemyako, marinir itu mengatakan dalam empat hari unitnya kehilangan 300 prajurit baik tewas, terluka atau hilang. Setengah dari peralatan mereka juga raib.

Marinir itu menyalahkan para jenderal yang mengincar medali dan bonus yang menyebut "manusia sebagai daging."

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement