Selasa 08 Nov 2022 19:43 WIB

Obat Kolesterol dan Diabetes Bisa Turunkan Risiko Penurunan Penglihatan

Penurunan risiko penglihatan terkadang tidak menimbulkan rasa sakit.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Siapa sangka, penggunaan obat penurun kolesterol dan pengontrol diabetes bisa menurunkan risiko AMD.
Foto: www.pixabay.com
Siapa sangka, penggunaan obat penurun kolesterol dan pengontrol diabetes bisa menurunkan risiko AMD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit degenerasi makula terkait usia atau AMD merupakan salah satu penyebab tersering dari gangguan penglihatan berat pada lansia. Siapa sangka, penggunaan obat penurun kolesterol dan pengontrol diabetes bisa menurunkan risiko AMD.

Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari University Hospital Bonn di Jerman yang menganalisis 14 studi berbeda. Seluruh studi ini melibatkan hampir 40 ribu orang dari Inggris, Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Norwegia, Portugal, dan Rusia.

Baca Juga

Seluruh partisipan yang terlibat telah berusia lebih dari 50 tahun dan menggunakan setidaknya satu dari dua obat, yaitu obat kolesterol bernama statin dan obat pengontrol diabetes yaitu insulin. Sebanyak 9.332 partisipan dalam studi ini terdiagnosis dengan AMD.

Hasil studi menunjukkan bahwa partisipan yang menggunakan statin memiliki risiko AMD 15 persen lebih rendah dibandingkan partisipan yang tidak menggunakan obat tersebut. Sedangkan risiko AMD pada partisipan yang menggunakan insulin tampak 22 persen lebih rendah.

"Studi kami mengindikasikan adanya hubungan antara penggunaan obat penurun lipid dan obat antidiabetes jangka panjang dengan prevalensi AMD yang lebih rendah," ujar tim peneliti, seperti dilansir Mail Online, Selasa (8/11/2022).

AMD merupakan kondisi yang tidak menimbulkan rasa sakit namun bisa menurunkan kualitas penglihatan. AMD mungkin tak menyebabkan kebutaan total, tetapi akan membuat penglihatan sentral menjadi kabur. Hal ini membuat penderitanya kesulitan melakukan aktivitas yang mengandalkan penglihatan, seperti membaca atau mengenali wajah.

AMD terjadi karena adanya kerusakan pada makula, yaitu bagian tengah retina. AMD biasanya mempengaruhi kedua mata, akan tetapi laju perburukan penglihatan pada kedua mata yang terkena AMD bisa berbeda.

Beberapa faktor yang diyakini memicu terjadinya AMD adalah penuaan, kebiasaan merokok, dan genetik. Temuan dalam studi terbaru ini diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk menemukan pengobatan yang bisa menyembuhkan AMD.

 

Mengenali Gejala AMD

Johns Hopkins Medicine mengungkapkan bahwa tiap orang bisa merasakan gejala AMD yang berbeda. Namun secara umum, AMD bisa memunculkan beberapa gejala seperti pandangan kabur dan sulit mengenali wajah yang sebelumnya sudah dikenal.

Selain itu, garis yang lurus bisa terlihat bergelombang atau berliuk-liuk menurut pandangan penderita AMD. Gejala lain yang mungkin muncul adalah munculnya titik gelap atau titik buta di bagian sentral lapang pandang.

"(Gejala berikutnya adalah) kehilangan penglihatan sentral, yang dibutuhkan untuk menyetir, membaca, mengenali wajah, dan melakukan pekerjaan," jelas Johns Hopkins Medicine.

Meski bisa menyebabkan kehilangan penglihatan sentral yang berat, AMD jarang menyebabkan kebutaan. Saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan AMD. Akan tetapi, ada beberapa opsi terapi yang bisa mencegah atau memperlambat laju perburukan AMD.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement