Pejabat gubernur tiga provinsi baru di Papua baru saja dilantik. Dari mana asal nama Papua?
Pejabat Gubernur tiga provinsi baru di Papua baru saja dilantik. Tiga provinsi baru itu, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan dan Papua Tengah. Lima provinsi semua memakai nama Papua. Dua lainnya yang lebih dulu ada, Provinsi Papua dan Papua Barat. Sedang dalam proses pembahasan, Provinsi Papua Barat Daya.
Papua Selatan yang beribu kota di Merauke, sebenarnya bisa saja memilih nama Irian. Ketika mengunjungi Merauke pada 2020, saya mendapat penjelasan bahwa Irian berasal dari bahasa Marind, yang artinya bangsa yang tinggi (peradabannya). “Iri” artinya tinggi, “an” artinya bangsa. Suku Marind dikenal juga sebagai Anim-ha, yang artinya manusia sejati. “Anim” manusia, “ha” sejati. Sosiolog Koentjaringrat menyebut Irian dari bahasa di Merauke yang artinya bangsa utama.
Tetapi Papua Selatan tidak memilih nama itu, melainkan nama yang juga dipakai oleh provinsi lain, sehingga ada kesetaraan. Perdebatan nama Irian dan Papua memiliki waktu yang panjang. Penelusuran pustaka yang dilakukan oleh Toni Wanggai untuk penulisan disertasinya mendapatkan, nama Papua sudah dikenal sejak awal abad ke-16. Lalu ketika Belanda datang di Papua, menurut penelusuran Toni Wanggai, kata Papua yang diasosiasikan hitam, bodoh, keriting, dipakai oleh guru-guru dan aparat Belanda untuk menghina orang Papua.
Pelaut Portugis pada awal abad ke-16 menyebutnya sebagai Os Papuas dan Ilha de Papo. Pelaut Spanyol menyebutnya Isla de Oro yang artinya Pulau Emas. Disebut pula New Guinea. Nama ini diberikan karena penduduknya sama dengan penduduk Guinea di Afrika bagian barat. Maka oleh Belanda menjadi Nieuw Guinea. Ketika dikuasai oleh Belanda, menjadi Nederlandsch Nieuw Guinea.
Pada masa Sriwijaya, menurut Toni Wanggai, Papua disebut Janggi. Sriwijaya sering menghadiahi kaisar Cina dengan burung-burung dari Janggi. Musafir Cina menyebut Janggi dengan ejaan Tung-ki.
Papua menjadi wilayah Kesultanan Tidore. Karena wilayahnya terpisah dari Tidore, maka Sultan Tidoer menyebutnya Papo Ua, yang artinya tidak tergabung.
Pada tahun 1950-an, ketika Parlemen Belanda mengunjungi Nederlandsch Nieuw Guinea, ada usulan agar namanya diganti Irian. Tapi Parlemen Belanda tidak menyetujuinya, dengan alasan usulan nama Irian hanya datang dari masyarakat yang sudah dekat dengan Indonesia. Sedangkan masyarakat lainnya menginginkan nama Papua.
Oleh mereka yang menginginkan nama Irian, Papua disebut memiliki arti yang merendahkan (Leeuwarder Courant, 30 Januari 1954). Papua, menurut catatan Wilfred T Neill dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, artinya kribo. Papua adalah sebutan yang diberikan oleh orang Maluku kepada penduduk Nieuw Guinea itu.
Tapi, bagi para pendukung nama Papua, Papua memiliki arti yang lebih tinggi dibandingkan arti Irian. “Irian bisa berarti dengki, mungkin mengacu pada suku di New Guinea yang sangat memusuhi penyusup,” tulis Neill.
Kedatangan Belanda di Merauke pada awal abad ke-20 dianggap sebagai penyusup oleh Suku Marind. Awalnya dianggap sebagai teman, tepai kemudian mereka menyerobot tanah suku Marind tanpa permintaan izin. Lalu suku Marind dibuatkan perkampungkan jauh wilayah yang diserobot bangsa Belanda itu. Lalu Belanda mengawasi permukiman baru orang-orang Marind itu. Yang mendiami permukiman baru harus menanggalkan perhiasan adat mereka untuk diganti dengan perhiasan baru. Maka, mereka yang tunduk pada keinginan Belanda ini lantas disebut sebagai “Marind-puanim”. Marind murtad. Tidak sebangsa lagi. Demikian yang bisa dibaca di buku Sejarah Gereja Katolik di Irian Selatan.
Setelah orang-orang Belanda menguasai tanah suku Marind tanpa izin, orang Belanda pun dijuluki dengan penuh kemarahan oleh orang Marind sebagai “pu-anim”. “...’pu’ – kata tiruan yang menirukan bunyi tembakan, sedangkan kata ‘anim’ berarti manusia,” tulis penulis Uni Sovial Gavriil Kesselbrenner pada tahun 1961.
Frans Kasiepo pada 16 Juli 1946 mengambil nama Iryan di Konferensi Malino. Nama itu menurut Josh Robert Mansoben yang dikutip Toni Wanggai dari disertasi Mansoben di Univeritas Leiden, diusulkan oleh Markus Kasiepo. Iryan adalah legenda di Biak yang bercerita mengenai masa baru Biak. Iryan artinya proses memanas. Biak memang daratan yang panas. “Iri” artinya tanah, “an” atinya panas. Di Serui, “iri” tiang, “an” bangsa, bisa disebut sebagai tanah air atau ting bangsa. Oleh pejuang Merah Putih seprti Silas Papare dan Marthen Indey, Irian lalu dipolitisasi menjadi Ikut Republik Indonesia Anti-Nederland.
Nama Irian dipakai sampai dengan 1973. Oleh Presiden Soeharto diganti menjadi Irian Barat saat meresmikan tambang Freeport pada 1 Maret 1973. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua.
Priyantono Oemar