REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Menteri-menteri Pertahanan Uni Eropa membuka jalan bagi Inggris untuk bergabung dalam proyek yang memfasilitasi pergerakan pasukan dan peralatan militer ke seluruh Eropa. Langkah yang dilakukan saat perang Ukraina memasuki bulan kesembilan.
Inggris yang keluar dari Uni Eropa empat tahun setelah referendum 2016 sudah lama meragukan integrasi militer Eropa. Dikhawatirkan mengurangi posisi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Namun sekutu NATO yakni Amerika Serikat (AS) dan Kanada juga menandatangani kerja sama pertahanan proyek Military Mobility (PESCO). Tujuannya untuk menyederhanakan dan menstandarisasi prosedur personil dan peralatan militer saat mereka lintas batas darat, laut dan udara.
Sudah lama pakar militer mengeluhkan birokrasi yang menghalangi pergerakan personel dan militer yang penting bila sekutu-sekutu NATO harus mengirimkan kekuatannya ke Eropa bagian timur jika konflik terjadi.
"Perang Rusia terhadap Ukraina menunjukkan kemampuan memindahkan pasukan dan peralatan militer ke seluruh Eropa dan sekitarnya penting bagi keamanan kami," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, dalam pernyataannya, Selasa (15/11/2022).
"Setelah AS, Kanada dan Norwegia bergabung tahun lalu, partisipasi Inggris contoh lain pentingnya proyek ini," tambahnya.
"Memastikan pergerakan cepat dan pengiriman mana angkatan bersenjata penting untuk meningkatkan kemampuan Uni Eropa dan NATO merespon krisis, terutama saat kami menyediakan bantuan militer darurat ke Ukraina," kata Borrell.
Inggris salah satu negara yang paling kritis pada invasi Rusia ke Ukraina. London sudah berkomitmen menggelontorkan 3,8 miliar pound dalam bentuk bantuan militer dan ekonomi ke Ukraina sejak perang dimulai Februari lalu.