REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagian orang mungkin sudah sering mendengar tentang adanya tujuh langit. Namun bagaimana dengan bumi, apakah jumlah bumi sebetulnya lebih dari tujuh?
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
"Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu." (QS Ath Thalaq ayat 12)
Dalam ayat tersebut, disebutkan "dari (penciptaan) bumi juga serupa". Lantas, apakah dapat dikatakan bahwa bumi juga berjumlah tujuh sebagaimana langit?
Dalam Syu'ab al-Iman, Al-Baihaqi mengeluarkan riwayat dari Abi al-Dhuha, dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas menyampaikan bahwa Allah SWT menciptakan tujuh langit, demikian pula bumi (Surah Ath Thalaq ayat 12). Kemudian Ibnu Abbas berkata lagi sebagai berikut:
"Ada tujuh bumi dan di dalam setiap bumi itu terdapat nabi seperti nabi kalian (nabi-nabi seperti di bumi yang kita huni ini), dan di sana (di bumi-bumi yang lain) ada Nabi Adam seperti Nabi Adam di bumi ini (bumi yang kita tempati), ada Nabi Nuh seperti Nabi Nuh di bumi ini, ada Nabi Ibrahim seperti Nabi Ibrahim di bumi ini, dan ada Nabi Isa seperti Nabi Isa di muka bumi ini."
Perkataan Ibnu Abbas tersebut merupakan atsar (perkataan yang disandarkan pada sahabat Nabi SAW). Terkait atsar itu, Al-Baihaqi mengatakan, jalur sanad sampai pada Ibnu Abbas adalah sahih.
Namun, Al-Baihaqi tidak mengetahui siapa yang menyertai Abi al-Dhuha, maka Abi al-Dhuha dalam periwayatan atsar ini ganjil atau tidak wajar (syadz).
Meski begitu, kesahihan jalur perawi pada atsar tidak mensyaratkan kesahihan isi (matan) sebagaimana ditetapkan dalam ilmu hadits. Karena itu, kemungkinan ada cacat pada matan sehingga menghalangi kesahihannya.
Kemudian, pertanyaannya, apakah langit dan bumi itu sama secara jumlah, kualitas, kemiripan dalam penciptaannya, maupun waktu pembuatannya? Jika itu benar, maka tidak akan pernah bertentangan dengan firman Allah SWT. Makna teksnya juga jelas dan tidak mengandung makna lain serta tidak pula menimbulkan interpretasi yang lain.
Seorang Muslim wajib menjaga kehati-hatian dalam menafsirkan ayat-ayat suci Alquran agar tidak terjerumus ke dalam asumsi belaka, dan tidak melampaui teori ilmiah yang menyebut adanya kesamaan unsur pembentuk antara Bumi, Mars, Venus, dan Merkurius.
Sumber: islamonline