REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim diangkat sebagai perdana menteri baru pada Kamis (24/11/2022). Hal ini diumumkan oleh Istana Malaysia yang juga mengatakan pelantikan akan dilakukan hari ini pukul 17.00 waktu setempat.
Pemilihan umum pada Sabtu pekan lalu berakhir tanpa kejelasan di parlemen karena tidak satu pun dari dua aliansi utama dapat mengamankan kursi yang cukup di parlemen untuk membentuk pemerintahan. Aliansi pertama dipimpin oleh Anwar dan yang lainnya mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin.
Penunjukan Anwar mengakhiri perjalanan panjang tiga dekade dari pewaris menjadi tahanan yang dihukum karena sodomi, dan menjadi pemimpin oposisi lama. Pria berusia 75 tahun itu berulang kali ditolak menjadi perdana menteri karena berbagai kasus. Padahal, ia adalah wakil perdana menteri pada 1990-an dan perdana menteri resmi yang menunggu pada 2018.
Penyebabnya, dia menghabiskan hampir satu dekade di penjara karena kasus sodomi dan korupsi. Meskipun, ia mengatakan itu merupakan tuduhan bermotivasi politik yang bertujuan untuk mengakhiri karirnya.
Ketidakpastian pemilu ketidakstabilan politik di Malaysia yang telah memiliki tiga perdana menteri selama bertahun-tahun. Itu berisiko menunda keputusan kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Koalisi Anwar, yang dikenal sebagai Pakatan Harapan, memenangkan kursi terbanyak dalam pemungutan suara hari Sabtu dengan 82 kursi sementara blok Perikatan Nasional Muhyiddin memenangkan 73. Mereka membutuhkan 112 untuk membentuk pemerintahan.