Selasa 29 Nov 2022 09:09 WIB

Haiti Masih Butuh Pasukan Asing untuk Hadapi Kelompok Kriminal

Kelompok-kelompok kriminal Haiti terus memperluas wilayah kekuasaan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Terminal bahan bakar terlihat dari sebuah pesawat di Port-au-Prince, Haiti, Jumat, 4 November 2022. Polisi Nasional Haiti telah berjuang untuk menyingkirkan geng kuat yang mengepung terminal bahan bakar utama di Port-au-Prince selama hampir dua bulan — meskipun tidak segera jelas apakah blokade telah dicabut sepenuhnya.
Foto: AP Photo/Ramon Espinosa
Terminal bahan bakar terlihat dari sebuah pesawat di Port-au-Prince, Haiti, Jumat, 4 November 2022. Polisi Nasional Haiti telah berjuang untuk menyingkirkan geng kuat yang mengepung terminal bahan bakar utama di Port-au-Prince selama hampir dua bulan — meskipun tidak segera jelas apakah blokade telah dicabut sepenuhnya.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS) mengatakan masyarakat internasional harus mengirimkan pasukan ke Haiti untuk menghadapi kelompok-kelompok kriminal. Walaupun polisi sudah mengakhiri blokade di pelabuhan bahan bakar yang menyebabkan krisis kemanusiaan.

Pada Oktober lalu Dewan Keamanan PBB membahas mengirimkan pasukan untuk menghadapi kelompok kriminal di Haiti. Tapi usulan itu tidak menarik banyak peminat sebab polisi Haiti sudah menguasai kembali pelabuhan Verreaux bulan November lalu.

"Situasinya belum berubah, membuka pelabuhan bahan bakar tidak membawa solusi pada masalah," kata duta besar Bocchit Edmond, di Kedutaan Besar Haiti di Washington, Senin (28/11/2022).

Ia menambahkan kelompok-kelompok kriminal terus memperluas wilayah kekuasaan mereka. "Bila anda tidak memiliki kehadiran internasional untuk membantu menghadapi kelompok kriminal bersenjata, situasinya akan menjadi semakin buruk," katanya.

Edmond mengatakan sebuah pasukan harus membantu polisi dan pasukan lainnya memberikan apa yang ia sebut "koalisi kerelaan untuk Haiti." Sebagian besar negara skeptis untuk mengirim pasukan ke Haiti.

Dua orang pejabat mengatakan pemerintah Brasil yang baru tampaknya tidak akan memberikan bantuan militer ke Haiti. Mereka mencatat partisipasi Brasil di pasukan perdamaian MINUSTAH UN yang beroperasi di Haiti dari 2004 sampai 2017 tidak populer.

Ketua kelompok kriminal bersenjata Jimmy Cherizier yang dikenal Barbecue memblokir pintu masuk pelabuhan bahan bakar Haiti pada September lalu. Sebagai respon keputusan pemerintah Presiden Ariel Henry memotong subsidi bahan bakar.

Blokade yang berlangsung selama hampir enam pekan mencegah distribusi bensin dan diesel ke seluruh negeri. Hal ini menghentikan sebagian besar aktivitas ekonomi dan membuat kebutuhan dasar negara yang baru saja melaporkan wabah kolera menjadi langka.

Pada 6 November lalu Barbecue mengatakan pegawai pelabuhan dapat kembali masuk dan distribusi bensin perlahan kembali normal sejak saat itu. Tapi aktivitas kelompok kriminal seperti penculikan dan konfrontasi dengan polisi setiap harinya melonjak tajam.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement