REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis saraf RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Arfan Mappalilu, mengatakan bahwa kebas atau kesemutan yang tidak kunjung menghilang dapat menjadi salah satu gejala dari neuro HIV atau sistem saraf yang terdampak akibat infeksi HIV. "Kalau penyebabnya bukan karena penyakit neuro HIV, biasanya kita minum vitamin neurotropik bisa hilang dan bisa timbul lagi lama," ujar dr. Arfan dalam diskusi Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan diikuti virtual dari Jakarta, Jumat (9/12/2022).
"Namun, kalau karena dasarnya neuro HIV kita obati cenderung berkurangnya sedikit saja. Kemudian nanti beberapa hari timbul lagi karena memang dasar penyakitnya masih ada," tambahnya.
Infeksi virus HIV, menurut dia, biasanya tidak langsung menyerang sistem saraf, tetapi mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Hal itu menimbulkan potensi masuknya virus, kuman atau bakteri ke dalam tubuh, termasuk jenis yang dapat menyerang sistem saraf seperti tuberculosis (TB) dan toksoplasma.
Dia menjelaskan beberapa gejala ringan neuro HIV seperti yang menyerang sistem saraf perifer terjadi dalam bentuk sering merasakan kebas atau kesemutan. Sementara yang parah dapat menyerang sistem saraf pusat di otak.
"Sepanjang virusnya belum diobati atau komplikasinya belum diobati hanya gejalanya, bisa berkurang sedikit bisa juga tidak," katanya.
Data terbaru Kemenkes menunjukkan sekitar 51 persen kasus HIV baru yang terdeteksi diidap oleh remaja. Berdasarkan data modeling AEM, pada 2021 diperkirakan sekitar 526.841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Data Kemenkes juga menunjukkan sekitar 12. 533 kasus HIV dialami oleh anak usia 12 tahun ke bawah.