REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan, Rusia harus membayar biaya rekonstruksi Ukraina. Menurutnya, masyarakat internasional akan menuntut Moskow melakukan hal tersebut.
“Rusia memiliki kewajiban untuk melakukan rekonstruksi ini (Ukraina), dan saya yakin masyarakat internasional akan memaksa negara Rusia untuk menanggung biayanya," kata Duda dalam sebuah konferensi pers bersama Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier di Berlin, Senin (12/12/2022), dikutip laman Anadolu Agency.
Duda menekankan, Rusia adalah pihak yang memulai peperangan. Oleh karena itu Rusia pula yang harus menanggung semua biaya rekonstruksi. "Jika seseorang menyerang suatu negara, maka mereka harus membayar tagihan yang besar. Dan itulah yang harus kita lakukan dengan Rusia sekarang," ujarnya.
Awal bulan ini kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan, ia dan rekan-rekannya berencana mendiskusikan tentang menempuh segala upaya legal yang tersedia guna memastikan Rusia membayar biaya rekonstruksi Ukraina. “Kami akan menjajaki semua kemungkinan hukum untuk memastikan Rusia membayar kehancuran yang ditimbulkannya di Ukraina,” ucap Borrell saat menghadiri pertemuan tingkat menteri Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) di Lodz, Polandia, 1 Desember lalu.
Pada Oktober lalu, Perdana Menteri Ukraina Denis Schmyhal mengungkapkan, kerusakan yang disebabkan serangan Rusia telah mencapai lebih dari 750 miliar dolar AS. Pada Agustus lalu, Bank Dunia, Komisi Eropa, dan Pemerintah Ukraina mencatat kerugian agregat di negara tersebut per 1 Juni 2022 mencapai lebih dari 253 miliar dolar AS.
Mereka memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk rekonstruksi dan pemulihan mencapai 348,5 miliar dolar AS. Namun angka itu sebelum Rusia mengintensifkan serangannya dengan menargetkan fasilitas-fasilitas energi Ukraina.
Denis Schmyhal sempat menyerukan Barat agar mencairkan aset Rusia senilai 300-500 miliar dolar AS yang dibekukan lewat sanksi. Dia menghendaki agar aset tersebut disalurkan ke Ukraina untuk biaya rekonstruksi. Di sisi lain, Schmyhal menilai hal itu juga merupakan bentuk pembalasan terhadap Moskow atas agresi yang diluncurkannya.