REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, menilai impor beras pada akhir tahun ini kemungkinan besar tak berdampak signifikan terhadap penurunan harga. "Perkiraan saya tidak akan besar, pasokan memang pasti banyak tapi dampak terhadap harga beras dalam negeri tidak banyak," kata Mansuri, Senin (19/12/2022).
Sebabnya, Mansuri menjelaskan, impor dilakukan berbarengan dengan permintaan yang bakal melonjak tinggi jelang perayaan Natal dan Tahun baru 2023. Kendatipun pada medio Desember ini belum terdapat kenaikan permintaan.
Pasokan beras impor akan memberikan dampak signifikan jika telah mampu meningkatkan stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Ikappi, kata Mansuri, ikut memantau pendistribusian beras impor dari Bulog ke PIBC untuk membantu pemerintah menjaga stabilisasi harga.
Adapun untuk beras premium, Mansuri meyakini tidak akan mengalami penurunan harga. Beras yang diimpor hanya akan berpengaruh pada harga beras medium yang sekaligus digunakan pemerintah dalam operasi pasar.
Seperti diketahui, Bulog telah memulai proses importasi beras sebanyak 200 ribu ton hingga akhir tahun ini. Kloter pertama impor telah masuk pada Jumat (16/12/2022) lalu sebanyak 5.000 ton melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan 5.000 ton di Pelabuhan Merak.
Adapun beras tersebut berasal dari Vietnam dengan kualitas setara beras medium dan akan dijual oleh Bulog seharga Rp 8.300 per kg sesuai aturan pemerintah.
Mengutip data terakhir PIBC hingga Ahad (18/12/2022), total pasokan beras sebanyak 29,5 ribu ton atau sedikit di bawah batas aman sebesar 30 ribu ton. Pada 2020 dan 2021 lalu, rerata stok beras PIBC berada pada level 30 ribu hingga 31 ribu ton per hari.
Mayoritas beras di PIBC saat ini berasal dari Karawang, Jawa Barat sekitar 35,51 persen dan pengiriman beras terbesar ke DKI Jakarta sebesar 56,2 persen.
Rata-rata harga beras mencapai Rp 10.852 per kg, naik 3,1 persen dari bulan sebelumya atau melonjak 13,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.