REPUBLIKA.CO.ID., JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah dan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPSS) telah menyelesaikan Audit Kasus Stunting di Kabupaten Sukamara. Dari hasil Audit Kasus Stunting tersebut, ditemukan dua balita di Desa Karta, Kecamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, menderita stunting.
Salah satu faktor penyebab stunting dari hasil audit itu adalah sebagian besar masyarakat yang kerap meminum air mentah atau air tanpa dimasak terlebih dahulu. Pada Selasa (20/12/2022) Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKKBN Perwakilan Kalimantan Tengah Dr. Dadi Ahmad Ruswandi bersama Ketua TPPS yang juga Wakil Bupati Sukamara Ahmadi mengunjungi Balita penderita stunting tersebut.
Dadi mengatakan kunjungan kepada keluarga berisiko stunting tersebut sebagai tindak lanjut dari Audit Kasus Stunting di Kabupaten Sukamara yang telah dilaksanakan pada bulan September dan Oktober lalu. Hasil Audit itu menurut Dadi perlu dilakukan monitoring dan evaluasi serta kunjungan lapangan.
“Saya berharap Tim Pendamping Keluarga bekerja sama dengan pakar dan ahli, agar benar-benar mendampingi dan memastikan semua sasaran yang berisiko stunting mendapatkan intervensi yang tepat sesuai faktor risiko,“ kata Dadi dalam keterangan, Rabu (21/12/2022).
Saat ini, prevalensi stunting di Kabupaten Sukamara berada pada angka 24,7 persen. Prevalensi ini berada pada urutan keempat terendah dari 14 kabupaten/kota.
Berdasakan Audit Kasus Stunting, Balita penderita stunting diidentifikasi penyebab risiko yaitu ibu dan ayah merokok, mengonsumsi air mentah, sanitasi yang kurang baik, banyakya jumlah anggota di rumah, ibunya memiliki riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK), ibu tidak telaten memberi makanan pada anak, faktor ekonomi yang kurang, rumah kurang pencahayaan, tidak memiliki jamban dan air bersih.
Hasil Pendataan Keluarga tahun 2021 (PK-21) BKKBN mencatat jumlah keluarga di Kabupaten Sukamara adalah 13.111 keluarga terdata. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.041 keluarga berisiko stunting. Sebanyak 1.291 keluarga memiliki baduta (0 – 23 bulan), sebanyak 2.553 keluarga memliki balita (24 – 59 bulan), dan sebanyak 395 ibu hamil.