REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pimpinan DPRD Kota Surabaya meminta khitanan massal yang rutin digelar pemerintah kota setempat tidak hanya melihat dari sisi kuantitas peserta, tapi juga harus memperhatikan kualitas pelayanannya.
"Ini berkaitan dengan kompetensi para tenaga medis untuk melakukan teknik khitan terbaik, ruang tunggu yang nyaman, hingga pemilihan jenis jarum suntik yang harus steril dan bersih," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/12/2022).
Pernyataan Reni ini bagian dari evaluasi dari khitanan massal yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 21 Surabaya, SMP Negeri 20 Surabaya, SMP Negeri 19 Surabaya, SMP Negeri 37 Surabaya, dan KB TKIT Al-Ihsan Surabaya pada Sabtu (24/12).
Meski demikian, kata Reni, secara keseluruhan pelaksanaan khitanan massal yang diikuti ratusan pelajar SD dan SMP di Surabaya itu berjalan dengan baik. Bahkan Reni sendiri menghadiri dan memberikan dukungan kegiatan khitanan massal yang diadakan di SMP Negeri 21 Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan, dalam khitanan massal itu, selain diikuti oleh ratusan peserta Muslim juga diikuti delapan peserta dari kalangan non-Muslim. Mereka semua berasal dari 31 kecamatan.
"Para peserta tidak hanya dari siswa sekolah, tapi warga sekitar juga boleh ikut. Bahkan, ada usia 3,5 tahun yang ikut," ujar Cak Eri panggilan lekat Eri Cahyadi.
Cak Eri juga menjelaskan khitan tak hanya dilakukan oleh umat Muslim sebagai salah satu syariat agama. Sebab, non-Muslim juga dapat melakukannya sebagai tujuan menjaga kesehatan.
"Alhamdulillah, Muslim maupun non-Muslim ikut khitan massal. Karena inilah menunjukkan bahwa Surabaya toleransinya sangat tinggi tidak melihat apapun itu, tapi kebersamaan yang kami wujudkan di Kota Surabaya," ujar dia.