REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang wajar dilakukan banyak orang. Namun, jika sudah menjadi kebiasaan, terkadang hal itu dapat menjadi masalah yang memengaruhi kesehatan, produktivitas, bahkan pencapaian. Sebenarnya, apa alasan seseorang suka menunda-nunda pekerjaan?
Profesor Stephen Palmer, psikolog sekaligus anggota British Psychological Society (BPS), menjelaskan bahwa penundaan adalah mekanisme psikologis yang bekerja dalam diri semua orang. Sederhananya, perilaku itu terjadi ketika seseorang menunda sampai nanti apa yang dia tahu lebih baik dilakukan atau dimulai sekarang.
Menurut Palmer, perilaku penundaan adalah produk dari dua masalah psikologis utama. Pertama, penundaan bisa terkait dengan ego. Artinya, seseorang takut gagal dan khawatir kegagalan itu bakal mempertaruhkan egonya.
Kedua, toleransi frustrasi yang rendah. Dalam artian, toleransi seseorang terbilang rendah untuk melakukan tugas-tugas yang dia anggap membosankan, membuat frustrasi, atau tidak menyenangkan.
Ada sejumlah faktor yang dapat bertindak sebagai penghalang utama untuk pengendalian diri dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu. Namun, saat seseorang bergumul dengan cara berhenti menunda-nunda, dia jarang membahas faktor spesifik yang menghalanginya.
"Seringkali orang menunggu sampai merasa waktunya tepat atau motivasi muncul sebelum memulai tugas apa pun. Tetapi hanya ketika Anda memulai tugas, motivasi benar-benar meningkat," ujar Palmer, seperti dikutip dari laman Patient.info, Rabu (28/12/2022).
Jika ingin mengatasi perilaku menunda-nunda, Palmer mengatakan seseorang perlu mengidentifikasi penyebabnya. Pemicu itu bisa berupa stres dan kecemasan, takut gagal dan umpan balik negatif, perfeksionisme, suasana hati yang rendah, depresi, dan perilaku impulsif.
Ada juga orang yang menunda-nunda pekerjaan karena mudah teralihkan oleh media sosial dan penggunaan ponsel untuk hal lain. Penyebab lain yakni kemalasan, ketidaksabaran mencapai hasil akhir atau penghargaan, serta kurangnya energi dan merasa lelah secara fisik.
"Menunda-nunda juga bisa menjadi gejala dari gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD). Namun, badan amal CHADD menekankan bahwa bentuk penundaan ini lebih ekstrem dan tidak dapat diatasi dengan cara yang sama," tutur Palmer.