REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol mengatakan setiap provokasi dari Korea Utara (Korut) harus dibalas tanpa ragu meski Korut memiliki senjata nuklir. Hal ini disampaikan setelah drone-drone Korut menerobos masuk Korsel.
Pada Senin (26/12/2022) lalu lima drone Korut melewati garis perbatasan ke Korsel. Militer Korsel mengirimkan pesawat tempur dan helikopter untuk mengusir dan menembak jatuh drone-drone tersebut dalam intrusi pertama sejak 2017.
"Kami harus hukum dan balas setiap provokasi dari Korea Utara, itu cara paling ampuh mencegah provokasi," kata Yoon dalam rapat dengan pembantu-pembantunya seperti dikutip juru bicaranya Kim Eun-hye, Rabu (28/12/2022).
"Kami tidak boleh takut atau ragu karena senjata nuklir Korut," katanya.
Instrusi awal pekan ini memicu kritikan terhadap pertahanan udara Korsel. Yoon menegur militer terutama karena kegagalan menjatuhkan drone yang terbang selama berjam-jam di Korsel.
Korsel meresponnya dengan mengirimkan drone ke Korut selama tiga jam. Pada parlemen, Menteri Pertahanan Lee Jong-sup mengatakan Yoon telah memerintahkannya untuk mengirim drone ke Korut untuk merespon setiap inkursi.
"Bahkan bila artinya beresiko meningkatkan ketegangan," katanya. Korsel meminta maaf atas responnya dan mengatakan tidak dapat menembak jatuh drone-drone Korut itu karena terlalu kecil.
Selama berpuluh-puluh tahun hubungan antara Korut dan Korsel telah menegang. Tapi tumbuh semakin intensif sejak pemerintahan konservatif Yoon berkuasa pada Mei lalu, ia berjanji untuk mengambil sikap lebih keras terhadap negara tetangga itu.
Korut juga menekan lewat pengembangan senjata dengan beberapa uji coba rudal tahun ini. Sementara muncul spekulasi Korut dapat menggelar uji coba nuklir ketujuhnya.
Kementerian Pertahanan Korsel mengumumkan rencana anggaran 560 miliar won atau 441,26 juta dolar AS selama lima tahun ke depan untuk menghadapi pertahanan menghadapi drone. Termasuk mengembangkan senjata laser udara dan perusak sinyal.
Korsel juga memperkuat kekuatan tempur dronenya dengan tiga skuadron. Seoul juga hendak membeli lebih banyak pesawat tempur siluman dan kapal selam rudal balistik dan mempercepat pengembangan sistem untuk menghalau roket.
"Kami akan memperkuat kemampuan balasan kami agar dapat menghancurkan fasilitas penting di mana pun di Korea Utara bila serangan nuklir atau senjata pemusnah massal digunakan," kata kementerian dalam pernyataannya.
Total rencana pengeluaran Kementerian Pertahanan Korsel untuk lima tahun ke depan sebesar 331,4 triliun won atau 261 miliar dolar AS. Dengan rata-rata naik 6,8 persen per tahun.
Anggaran tahun ini sebesar 54,6 triliun won. Rencana pengeluaran pertahanan harus disetujui parlemen.