Kamis 29 Dec 2022 12:46 WIB

Rusia Tolak Proposal Perdamaian Ukraina

Rusia tidak akan menggunakan formula perdamaian yang ditawarkan Ukraina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya tidak akan menggunakan formula perdamaian Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai dasar untuk negosiasi.
Foto: Evgenia Novozhenina/ Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya tidak akan menggunakan formula perdamaian Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai dasar untuk negosiasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya tidak akan menggunakan formula perdamaian Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai dasar untuk negosiasi. Lavrov menilai, Kiev memang betul-betul siap melakukan perundingan.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia, RIA, Kamis (29/12/2022), Lavrov secara khusus menyoroti keinginan Zelensky agar Rusia angkat kaki dari wilayah timur Ukraina dan Krimea. Meski hendak melakukan hal tersebut dengan bantuan Barat, Lavrov tetap menilai keinginan Zelensky merupakan "sebuah ilusi".

Baca Juga

Artinya Rusia menolak hengkang dari wilayah timur Ukraina. Hal itu pun sempat disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Dia mengatakan, Rusia tidak akan melepaskan kendali atas empat wilayah Ukraina yang sudah mereka aneksasi, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia.

“Tidak ada rencana perdamaian untuk Ukraina yang tidak memperhitungkan realitas hari ini mengenai wilayah Rusia, dengan masuknya empat wilayah (Ukraina) ke Rusia. Rencana yang tidak mempertimbangkan realitas ini tidak bisa damai,” kata Peskov, Rabu (28/12/2022).

Volodymyr Zelensky telah mempromosikan rencana perdamaiannya yang berisi 10 poin. Dalam rencana itu, Zelensky menghendaki agar seluruh pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah Ukraina yang diakui secara internasional. Artinya Rusia harus menyerahkan kembali seluruh wilayah Ukraina yang sudah dianeksasinya, termasuk Krimea.

Pada 30 September lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengesahkan bergabungnya Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, ke Rusia. Empat wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah pendudukan Rusia. Pada 23 hingga 27 September lalu, keempat wilayah itu menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement