REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepeda listrik kian populer di dunia. Bahkan, di Amerika Serikat (AS), berdasarkan data dari Light Electric Vehicle Association mencatat bahwa penjualan sepeda listrik melampaui angka penjualan mobil listrik dan hybrid.
“Angka pengendara sepeda listrik naik hampir dua klai lipat setiap tahunnya sejak 2015,” ujar Founder and Chairman Rad Power Bikes Mike Radenbaugh, dilansir dari CBSNews, Senin (2/1/2023).
“Kami tidak melihat adanya penurunan angka pengendara tahun ini, bahkan di tahun mendatang. Kami melihat naiknya harga bahan bakar membuat transportasi kian memburuk,” tambahnya.
Tren naiknya jumlah pengendara sepeda listrik karena banyaknya pilihan kendaraan yang memasuki pasar. Bahkan, beberapa sepeda listrik dibuat untuk profesi tertentu, di antaranya untuk kurir pengiriman makanan.
Sepeda listrik saat ini juga menjadi pilihan transportasi mikro-mobilitas yang cukup nyaman bagi pekerja. Sepeda listrik menjadi pilihan bagi pemilik mobil yang tertekan rasa tidak nyaman hingga biaya yang mahal sebagai transportasi.
Meski dianggap membantu transportasi, kecepatan sepeda listrik masih dianggap belum aman digunakan di jalan raya. Di AS, sepeda listrik terbaru saat ini bisa melaju hingga 28 mph. Namun, ukuran kecepatan ini dianggap masih berbahaya dibandingkan sepeda tradisional.
“Ini fisika sederhana. Jika sebuah mobil melaju dengan kecepatan 45 atau 40 mil per jam dan menabrak seseorang, maka bisa menyebabkan kematian,” ujar Profesor Bedah dan Populasi Kesehatan NYU Charles DiMaggio, yang melakukan studi terkait cedera sepeda listrik.
“Kecelakaan sepeda listrik lebih memungkinkan korbannya di rawat di rumah sakit dibandingkan sepeda tradisional,” lanjutnya.
Namun, komunitas sepeda listrik beranggapan bahwa kecepatan bukanlah masalah besar bagi penggunanya. Permasalahan terbesar masih berada pada mobil.
“Mobil menjadi ancaman terbesar bagi pengguna jalan, salah satunya pengguna sepeda,” ujar Radenbaugh.