REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi di Amerika Serikat mengungkapkan, jumlah anak yang tak sengaja mengonsumsi ganja mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun ke belakang. Ganja yang termakan oleh anak-anak ini merupakan ganja yang "tersembunyi" dalam makanan sehari-hari.
Studi berjudul "Pediatric Edible Cannabis Exposures and Acute Toxicity: 2017–2021" ini dipimpin oleh dr Marit S Tweet, dr Antonia Nemanich, dan dr Michael Wahl. Berdasarkan data yang terhimpun dalam studi, ada lebih dari 7.000 kasus anak berusia di bawah enam tahun yang terkonfirmasi mengonsumsi makanan yang dicampur dengan ganja.
Dari sekitar 7.000 kasus terkonfirmasi, tim peneliti hanya dapat mengetahui perkembangan terkini anak pada kurang dari 5.000 kasus. Menurut studi, hampir 600 anak yang tak sengaja mengonsumsi ganja harus dirawat di unit perawatan kritis. Sebagian besar dari anak-anak tersebut memiliki kondisi depresi sistem saraf pusat.
Dari hampir 5.000 kasus, sekitar 15 persen anak harus dirawat di unit nonperawatan kritis. Sedangkan sebanyak lebih dari sepertiga anak sempat dilarikan ke instalasi gawat darurat.
Dr Tweet mengungkapkan, ada banyak produk mengandung THC yang dikemas menyerupai suguhan ringan biasa, seperti gummy, permen, atau kukis. THC atau tetrahidrokanabinol adalah psikotropika yang merupakan senyawa utama dari ganja.
"(Produk seperti ini) bisa dengan mudah dianggap seperti camilan biasa oleh anak-anak," ujarnya melalui sebuah video.
Karena tak mengetahui adanya ganja, sebagian anak mengonsumsi makanan yang mengandung ganja dalam jumlah cukup banyak. Ini membuat anak mengonsumsi ganja dengan dosis yang lebih besar dari rekomendasi.
"Dengan berat badan anak yang lebih ringan, dosis (ganja) dalam milimeter per kilogram yang lebih tinggi, bisa membuat anak lebih berisiko terhadap toksisitas (akibat ganja)," lanjut dr Tweet.
Lebih dari setengah anak yang mengonsumsi ganja secara tak sengaja ini masih berusia 2-3 tahun. Selain itu, 97 persen kasus konsumsi ganja pada anak ini terjadi di rumah dan 90 persen dari kasus tersebut terjadi di rumah anak yang bersangkutan.
Pada 2017, jumlah anak yang terkonfirmasi tak sengaja mengonsumsi ganja yang tercampur dalam makanan adalah 207 kasus. Sedangkan pada 2021, jumlah tersebut mencapai 3.054 kasus. Hanya dalam waktu yang relatif singkat tersebut, peningkatan jumlah anak yang tak sengaja mengonsumsi ganja mencapai 1.375 persen.
"Ada peningkatan paparan ganja edible yang konsisten pada anak dalam lima tahun ke belakang, dengan potensi toksisitas yang signifikan," jelas tim peneliti melalui jurnal Pediatrics seperti dilansir Fox News, Rabu (4/1/2023).
Peningkatan kasus anak yang mengonsumsi ganja secara tak sengaja ini sejalan dengan semakin meluasnya legalisasi penggunaan ganja di Amerika Serikat. Hingga Mei 2022, ada 39 negara bagian di Amerika Serikat yang telah melegalisasi penggunaan ganja baik untuk keperluan pengobatan medis maupun untuk keperluan rekreasi.
"(Orang yang menggunakan ganja secara legal) harus menyimpannya dalam wadah yang tak bisa dibuka dan dijangkau anak serta hewan peliharaan," imbau Centers for Disease Control and Prevention (CDC).