REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah mengutus Nabi Yunus 'alaihis salam kepada penduduk Ninawa di Negeri Mushil. Utusan Allah itu menyeru mereka agar menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun, banyak kaum itu justru mendustakannya.
Dikutip dari Mukhtashar al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir, keadaan sedemikian rupa ini terus berkepanjangan. Pada akhirnya, Nabi Yunus meninggalkan mereka. Sebelum keluar dari kota, sang nabi memperingatkan kaumnya itu akan datangnya azab dari Allah.
Beberapa malam sejak kepergian Nabi Yunus, mereka menyaksikan kebenaran turunnya azab Allah. Maka timbul ketakutan dalam hati mereka. Inilah yang membuat kaum tersebut ingin segera bertobat dan kembali kepada Allah.
Mereka menyesali perbuatan mereka kepada nabi mereka. Mereka mengenakan pakaian dari bulu dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Laki-laki, perempuan, anak laki-laki, anak perempuan, dan para ibu sama-sama menangis.
Unta, sapi, dan kambing mengeluarkan suara. Hari itu menjadi sangat dahsyat dan menakutkan. Dengan kekuatan, kekuasaan, kasih sayang, dan rahmat-Nya, Allah Yang Maha Agung membebaskan mereka dari adzab. Mereka berjumlah 100 ribu orang.
Diperselisihkan apakah Nabi Yunus diutus kepada mereka sesudah atau sebelum peristiwa dalam perut ikan. Yakni ketika Yunus AS pergi dengan murka karena kaumnya, lalu naik kapal laut, terombang-ambing oleh gelombang karena kapal terlalu penuh sehingga hampir karam.
Mereka bermusyawarah dan sepakat untuk mengundi orang yang akan dilempar dari kapal agar kapal lebih ringan. Ketika undian dijalankan, ternyata jatuh kepada Nabi Yunus. Akan tetapi mereka tidak rela dengan itu, maka mereka mengulangnya.